Senin, 02 Juli 2012

perkembangan kehidupan remaja dalam pendidikan dan karir


KATA PENGANTAR
Segala puji kami hanturkan kehadirat ALLAH SWT yang senantiasa mencurahkan segala nikmat dan karunianya kepada saya, yang dengan nikmat dan karunia itu saya senantiasa diberi kekuatan untuk menyelesaikan segala tugas dan kewajiban saya. Yang salah satunya adalah saya bisa menyelesaikan tugas membuat makalah dalam mata kuliah Perkembngan Peserta Didk ini selesai pada waktunya.Salam shalawat dan sejahtera senantiasa kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Semoga kita kelak diberi syafaatnya di hari kiamat nanti.
Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Khususnya saya ucapkan kepada guru saya SOEDJATMO selaku dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah memberi tugas makalah ini sehingga sangat memberi saya pelajaran akan hal-hal yang baru buat saya dalam penyusunan sebuah makalah. Juga saya ucapkan kepada Orang tua dan teman-teman saya yang senantiasa mendukung dan memotivasi saya, serta memberi masukan-masukan yang sangat berguna dalam penyelesaian tugas makalah ini.
Makalah ini diberi judul REMAJA DAN KARIR, yakni makalah yang menerangkan bagaimana seorang remaja dalam menentuka karirnya.. Yang kita lihat di masa ini banyak dari reaja yang menentukan karirinya tidak sesuai dengan bakat dan minatnya. Maka dari ini makalah ini saya susun selain sebagai tugas kuliah saya, juga saya mencoba menerangkan factor-fktor apa saja yang dapat memengaruhi proses perkembangan kariri remaja.
 Oleh karena itu saya berharap dari pembaca sekalian mampu mengambil pelajaran dari tulisan saya ini, dan mau melakukan akan hal-hal positif yang mampu kita lakukan yang disampaikan di dalam tulisan saya ini. Adapun bila didalam tulisan saya ini ada kekurangan dalam penulisan ataupun ada kata-kata yang tidak patut disampaikan, mohon diberi maaf. Melihat ini adalah suatu pembelajaran dari saya, dan harap pembaca memakluminya. Dan saya sangat mengharapkan saran dan pendapat dari pembaca sekalian yang mungkin akan saya perbaiki pada tugas-tugas saya kemudian.


Perkembangan Kehidupan Remaja dalam Pendidikan dan Karier
1.     Perkembangan Remaja
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).
Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001).Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnyaperubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupanmanusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds(2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial.
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain(Papalia dan Olds,2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) yakin bahwa egosentrisme remaja memiliki dua bagian yaitu imaginary audience ( penonton khayalan ) dan personal fabel ( dongeng pribadi ) .
Imaginary audience adalah keyakinan remaja bahwa orang lain memeperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri. Perilaku mengundang perhatian umum terjadi pada remaja,itu mencerminkan egosentrisme dan keinginan untuk tampil di atas pentas,diperhatikan dan terlihat.Contohnya saja pada anak perempuan di tingkat SMP,mereka menganggap bahwa semua mata terpaku kepada kulitnya karena ada cacat kecil di wajahnya,itulah yang mereka rasa,padahal orang lain tidak memperhatikannya.
Sedangkan personal fabel adalah bagian dari egosentrisme remaja yang meliputi perasaan unik dari seorang anak remaja bahwa tidak seorangpun dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya. Contohnya saja ada seorang anak perempuan yang menganggap bahwa ibunya tidak dapat merasakan sakit yang ia rasakan karena pacarnya memutuskannya. Sebagai bagian dari upaya mereka untuk mempertahankan suatu rasa unik pribadi,remaja dapat mengarang suatu cerita tentang dirinya sendiri yang dipenuhi dengan fantasi,dongeng pribadi sering muncul di buku harian seorang remaja .
Elkind berpendapat bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandangberbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa memilikikemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive).Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self invulnerability.Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama.
Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan oranglain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri.Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang pentingdalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991;Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumahseperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengandemikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapaitahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remajadalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya(Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds(2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam halpersepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnyamengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991).
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Piaget yakin bahwa pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 hingga 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak daripada pemikiran seorang anak. Selain abstrak, pemikiran remaja juga idealistis. Remaja mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri dan orang lain dan membandingkan diri mereka dan orang lain dengan standar-standar ideal ini. Pada masa remaja, pemikiran-pemikiran sering berupa fantasi yang mengarah ke masa depan. Remaja lazim menjadi tidak sabar dengan standar-standar ideal yang baru ditemukan ini dan dibingungkan oleh banyak standar ideal yang diadopsi. Remaja memandang dunianya seperti apa yang ia inginkan, bukan sebagai mana adanya. Remaja suka bermimpi mengenai hal-hal yang dapat membuatnya marah, cepat tersinggung atau frustasi. Selain itu, oleh keluarga dan masyarakat seorang remaja sudah dianggap menginjak masa dewasa. Remaja mulai memperhatikan prestasi dalam segala hal, karena dapat memberinya nilai tambah untuk kedudukan sosialnya di antara teman sebaya maupun orang dewasa.
Autonomy yaitu menetapkan rasa yang nyaman dalam ketidaktergantungan. Remaja berusaha membentuk dirinya menjadi tidak tergantung tapi berusaha untuk menemukan dirinya dengan kaca mata dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini merupakan suatu proses yang sulit, tidak hanya bagi remaja tetapi juga bagi orang lain di sekitarnya. Terdapat tiga perkembangan penting dari autonomy, yaitu mengurangi ikatan emosional dengan orang tua, mampu untuk mengambil keputusan secara mandiri, membentuk ”tanda personalnya” dari nilai dan moral (Donvan and Andelson, 1966; Seinberg, 1990).
Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya : politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dll. Kemampuan berpikir pada dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menurunkan moral di kalangan remaja :
  1. Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga
  2. Pengaruh lingkungan yang tidak baik
  3. Tekanan psikologi yang dialami remaja
  4. Gagal dalam studi/pendidikan
  5. Peranan media massa
  6. Perkembangan teknologi modern
Perkembangan pembentukan identitas diri pada remaja meliputi identitas ideologi dan identitas interpersonal. Identitas ideologi terdiri dari aspek karir/pekerjaan, politik, filosofi gaya hidup, dan agama. Identitas interpersonal terdiri dari aspek persahabatan, kencan, peran jenis kelamin, dan rekreasi (Adams, 1998). Eric Ericsson yang mengatakan bahwa, “perkembangan psikologi seiap individu bergantung pada hubungan sosial yang terbentuk pada berbagai masa dalam kehidupan”.
Masalah akan muncul dan bahkan menjadi konflik besar jika, pandangan dan nilai orang tua terhadap remaja sangat bertolak belakang dengan pandangan/nilai dari teman sebayanya, hal ini akan membuat para remaja mengalami ”kebingungan peran” (role confusion). Salah satu cara pendekatan terhadap masalah identitas adalah dengan mencoba berbagai peran dan cara berperilaku. Para ahli percaya bahwa masa remaja sebaiknya merupakan masa bereksperimen peran pada waktu dimana anak muda dapat bereksplorasi dengan ideologi dan minat yang berbeda.
Berdasarkan artikel yang kami peroleh yang berjudul  pergaulan bebas di kalangan remaja di Indonesia yang ditulis oleh Agustina Ari, Semakin tingginya arus globalisasi dan arus modernisasi serta sekularisasi sangat berpengaruh besar terhadap pergaulan remaja. Pergaulan remaja yang sekatang banyak dilakukan adalah pemakaian NARKOBA, hubungan di luar nikah (seks bebas). Itu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,dalam faktor Psikologis Secara psikis mereka sudah mulai tertarik pada lain jenisnya. Remaja mulai mengagumi lawan jenisnya. Remaja putri mulai tertarik dan berusaha mengambil simpati dari remaja atau pemuda pujaannya. Remaja putra juga mulai tertarik para remaja atau pemudi dan berusaha mengambil simpati bahkan melakukan pendekatan kepada remaja perempuan. Ketertarikan membawa remaja pada khayalan-khayalan akan kebersamaan dengan orang yang diidamkannya. Di sisi lain juga sedang mencari identitas diri, artinya mereka mencari siapa dirinya sehingga berusaha mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh atau orang yang mereka kagumi. Untuk menemukan identitas dirinya itu, remaja banyak bergaul dengan teman-teman sejenisnya. Kebutuhan untuk diterima diantara teman-temannya memungkinkan remaja jatuh kebiasaan untuk ikut-ikutan melakukan tindakan yang buruk atau mencoba-coba hal yang berbahaya bagi orang lain dan fatal bagi dirinya.Jika dilihat dari sudut pandang ideologi remaja telah tumbuh.Salah satunya adalah  Hedonisme yakni pandangan bahwa manusia seakan-akan memiliki hak atas segala nikmat yang ditawarkan dan bahwa kehidupan tidak berhasil bila tanpa segala kemungkinan nikmat dipergunakan. Terasukinya remaja oleh ideologi ini membuat remaja hanya mengejar kenikmatan tanpa peduli akan hakekat dirinya yang bermartabat tinggi. Ada juga ideologi individualisme,yaitu paham bahwa ukuran tindakan adalah urusan pribadi dan orang lain tidak boleh ikut campur. Dengan demikian mengagungkan hak dan kebebasan pribadi. Salah pengertian ini akibatnya fatal bagi orang. Salah satu korbannya yakni remaja. Remaja melakukan tindakan-tindakan tanpa peduli pada norma moral. Disini kita bisa melihat bahwa remaja masih rentan terhadap segala sesuatu,perkembangan mereka perlu diawasi agar bisa tercipta remaja indonesia yang baik.
Dalam artikel lain, yang berjudul Penyesuaian Diri Pada Remaja khususnya pada Narsistik. Para remaja umumnya banyak mengalami narsistik. Faktor penyebab seseorang cenderung menjadi narsis antara lain adalah faktor keturunkaan dan faktor persekitaran. Narsis biasanya timbul akibat daripada pujian dan penghormatan yang diterima berulang kali daripada individu lain. Sebagai contoh, seseorang akan berasa dirinya cantik karena seringkali menerima pujian bahawa dirinya cantik meskipun pada awalnya dia tidak merasa dirinya sedemikian. Narsis tidak hanya termanifestasi pada perilaku yang gemar memuji dirinya sendiri, kerap menghadap cermin atau kerap bergaya persis model, tetapi juga terdapat implikasi lain daripada sikap narsis itu sendiri.Biasanya, masa kecil pribadi narsistik ditandai oleh pemanjaan berlebihan dari ibu, terlampau disanjung dan dibanggakan berlebihan. Seorang narsistik akan menunjukkan perilaku self-centered, kecuali itu kebutuhannya adalah yang terpenting.
Sedangkan Fromm berpendapat, narsisme merupakan kondisi pengalaman seseorang yang dia rasakan sebagai sesuatu yang benar-benar nyata hanyalah tubuhnya, kebutuhannya, perasaannya, pikirannya, serta benda atau orang-orang yang masih ada hubungan dengannya. Sebaliknya, orang atau kelompok lain yang tidak menjadi bagiannya senatiasa dianggap tidak nyata, inferior, tidak memiliki arti, dan karenaya tidak perlu dihiraukan. Bahkan, ketika yang lain itu dianggap sebagai ancaman, apa pun bisa dilakukan, melalui agresi sekalipun.
Menurut Spencer A Rathus dan Jeffrey S Nevid dalam bukunya, Abnormal Psychology (2000), orang yang narcissistic atau narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan. Mereka senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian.
2.     Perkembangan Remaja dalam Berkarir

 Ada beberapa teori yang dapat menggambarkan bagaimana remaja dapat membuat pilihan dalam pengembangan karirnya, seperti :

I. Teori Perkembangan Pemilihan Karir Dari eli Ginzberg 

            Yang mengatakan bahwa anak dan remaja melalui tahap pemilihan karir, yaitu fantasi, tentatif dan realistis. Saat seorang anak ditanya mau jadi apa kalau sudah besar, maka jawabannya adalah "dokter", "superman", "guru", "bintang film", atau sejumlah pekerjaan lainnya. Sampai usia 11 tahun seorang anak masih dalam tahap fantasi untuk pemilihan karir. Usia 11 sampai 17 tahun, remaja ada dalam tahap tentatif, disini terjadi transisi dari tahap fantasi ke tahap pengambilan keputusan yang bersifat realistis. Dimana remaja mulai mengevaluasi minat mereka lalu mengevaluasi kemampuan mereka sampai mengevaluasi nilai mereka. Cara berpikir mereka berubah dari cara berpikir subyektif ke cara berpikir realistis, yaitu pada usia 17 hingga 18 tahun. Pada usia 17 dan 18 tahun sampai awal 20an disebut sebagai tahap pemilihan karir yang realistis.

II. Teori Konsep Diri Karir dari Donald Super
            Disini dinyatakan bahwa konsep diri individu memainkan peranan utama dalam pemilihan karir seorang remaja. Donald percaya bahwa masa remaja merupakan saat seseorang mulai membangun konsep diri tentang karirnya. Disini perkembangan karir terdiri dari 5 fase yang berbeda. Pertama adalah sekitar usia 14 - 18 tahun, remaja membangun gambaran tentang kerja yang masih tercampur dengan konsep diri mereka secara umum. Fase ini disebut "kristalisasi". Kedua, usia 18 - 22 tahun, mereka mulai mengarahkan tingkah laku mereka agar dapat bekerja pada bidang karir tertentu dan fase ini disebut fase "spesifikasi". Ketiga, antara usia 21 - 24 tahun, orang dewasa muda menyelesaikan masa sekolah atau kuliahnya dan mulai menapaki dunia kerja. Fase ini disebut dengan fase "implementasi". Empat, pada usia 25 - 35 tahun mereka mulai mengambil keputusan akan karir tertentu, dan fase ini disebut dengan fase "stabilisasi". Dan yang Kelima adalah usia 35 tahun, dimana seseorang akan berusaha untuk memajukan karirnya dan mencapai posisi yang lebih tinggi, fase ini disebut dengan fase "konsolidasi". Donald percaya bahwa pencarian karir di masa remaja adalah dasar dari penciptaan konsep diri karir masing-masing remaja. Sehingga sebagai guru dan orang tua dapat membantu pembimbingan agar dapat mengajak remaja untuk mengeksplorasi karirnya.

III. Teori Tipe Kepribadian Holland
            Disini dijelaskan bahwa perlu dilakukan sesuatu usaha gar pilihan karir seseorang sesuai dengan kepribadiannya. Bila seseorang menemukan karir yang sesuai dengan kepribadiannya, maka ia akan lebih menikmati pekerjaan tersebut dan bekerja di bidang tersebut lebih lama daripada orang yang bekerja di bidang yang tidak cocok dengan kepribadiannya. Menurut Holland ada 6 tipe kepribadian yang perlu dipertimbangkan saat mencari kecocokan antara aspek-aspek psikologis seseorang dengan karir mana yang akan dipilih, yaitu :
  • Realistis. Orang yang memperlihatkan karakteristik maskulin. Kuat secara fisik, menyelesaikan masalah dari sisi praktisnya dan memiliki kemampuan sosial yang rendah. Mereka paling cocok bekerja pada situasi praktis sebagai buruh, petani, pengemudi bis, dan tukang bangunan.
  • Intelektual. Orang-orang ini memiliki orientasi konseptual dan teoretis. Mereka lebih tepat menjadi pemikir daripada pekerja. Mereka seringkali menghindari hubungan interpersonal dan paling cocok untuk pekerjaan yang berhubungan dengan matematika atau keilmuan.
  • Sosial. Orang-orang ini sering memperlihatkan trait feminin, khususnya yang berhubungan dengan kemampuan verbal dan interpersonal. Mereka paling mungkin dipersiapkan untuk masuk profesi yang berhubungan dengan orang banyak seperti mengajar, menjadi pekerja sosial, konseling.
  • Konvensional. Orang-orang ini memperlihatkan ketidaksenangannya terhadap kegiatan yang tidak teratur dengan rapi. Mereka paling cocok menjadi bawahan, seperti sekretaris, teller bank, atau pekerjaan administratif lainnya.
  • Menguasai (enterprising). Orang-orang ini menggunakan kata-katanya untuk memimpin orang lain, mendominasi orang lain, dan menjual berita tau produk. Mereka paling cocok memiliki karir yang berhubungan dengan penjualan, sales, politikus, atau manajemen. 
  • Artistik. Mereka adalah orang yang lebih suka berinteraksi dengan dunia mereka melalui ekspresi seni, menghindari situasi interpersonal serta konvensional dalam banyak kasus. Para remaja tipe ini sebaiknya diarahkan ke karir seni atau penulisan.
  Setelah kita pelajari dari berbagai teori yang ada diatas, maka pemilihan karir bagi remaja ternyata perlu dilakukan sejak dini.
1. Pengertian kehidupan pendidikan dan karier
Manusia itu senantiasa terus belajar sepanjang hayatnya.
2. Karakteristik kehidupan pendidikan dan karier
Belajar akan lebih berhasil bila sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
a. Lingkungan pendidikan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak-anak dan remaja. Anak dan remaja dalam keluarga berkedudukan sebagai anak didik dan orang tua sebagai pendidiknya.
b. Masyarakat
Masyarakat sebagai lingkungan alami kedua bagi anak dan remaja sangat mempengaruhi dalam pembentukan kepribadiannya, sehingga tidak jarang para remaja berbeda pandangan dengan orang tua.
c.  Sekolah
Sekolah dipandang sebagai lembaga yang cukup berpengaruh terhadap terbentuknya konsep yang berkenaan dengan nasib para remaja dikemudian hari.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kehidupan pendidikan dan karier
a.   Faktor sosial ekonomi
Secara tidak langsung keberhasilan orang tua merupakan “beban” bagi anak, sehingga dalam menentukan pilihan pendidikan tersirat untuk ikut mempertahankan kedudukan orang tua. Banyak anak berkemampuan intalektual tinggi tidak dapat menikmati pendidikan yang baik, disebabkan oleh keterbatasan kemampuan ekonomi orang tuanya.
b. Faktor lingkungan
Terdiri dari: Lingkungan kehidupan masyarakat, lingkungan kehidupan rumah  tangga, dan lingkungan kehidupan teman sebaya.
c.  Faktor pandangan hidup
Pandangan hidup merupakan bagian yang terbentuk karena lingkungan, biasanya  tampak dari pendirian seseorang, terutama dalam menyatakan cita-cita hidupnya.
4. Pengaruh perkembangan kehidupan pendidikan dan karier terhadap tingkah laku dan sikap
Sekolah bermaksud untuk mampu memberikan kepada para peserta didik “apa yang sesuai dengan kebutuhannya dan keadaannya”.
5. Perbedaan individu dalam perkembangan pendidikan dan karier
Kehidupan pendidikan dan karier akan sangat bervariasi atau berbeda-beda seiring dengan perbedaan kemampuan berpikir atau IQ yang dimiliki setiap individu.
6. Upaya pengembangan kehidupan pendidikan dan karier
a.  Perkembangan karier remaja
Dalam arti sempit, pendidikan merupakan persiapan menuju suatu karier, sedangkan dalam arti luas pendidikan merupakan bagian dari proses perkembangan karier remaja. Menurut Ginzberg, dari segi usia remaja mencangkup 11-21 tahun (Alexander, dkk, 1980), yang meliputi tahapan sebagai berikut:
1)  Tahap Minat (umur 11-12 tahun)
Remaja sudah mulai mempunyai rencana dan kemungkinan pilihan karier yang didasarkan pada minat.
2)  Tahap Kapasitas (umur 12-14 tahun)
Remaja mulai menggunakan keterampilan dan kemapuan pribadinya sebagai pertimbangan dalam melakukan pilihan dan rencana-rencana karier.
3)  Tahap Nilai (umur 15-16 tahun)
Remaja telah menganggap penting peranan nilai-nilai pribadi dalam pemilihan proses pemilihan karier.
4)  Tahap Transisi (umur 17-18 tahun)
Remaja mulai bergerak dari pertimbangan realistis yang masih berada di pinggiran kesadaran ke dalam posisi yang lebih sentral.
5)  Tahap Pilihan Realistis (umur >18 tahun)
Remaja telah sampai pada tahap eksplorasi, mencari berbagai alternatif pekerjaan yang cocok, dan tahap kristalisasi yaitu melakukan pemilihan karier.
b.  Masalah yang dihadapi
Masalah dan hambatan yang dialami remaja dapat berasal dari dirinya sendiri dan atau luar dirinya (lingkungan). Shertzer menyarankan hal-hal berikut bagi para remaja untuk menghadapi masalah dan kesulitan (Alexander, dkk, 1980):

1)  Pelajari dirimu sendiri, karena kesadaran diri tentang bakat, kemampuan dan ciri-ciri pribadi yang dia miliki merupakan kunci dari ketepatan perencanaan karier.
2)  Di bidang apa kamu merasa paling sreg (comfortable)
3)   Tulislah rencana dan cita-citamu secara formal
4)   Biasakan dirimu dengan tuntutan pekerjaan tertentu yang kamu minati
5)   Tinjau dan bicarakan lagi rencana kariermu itu dengan orang lain
6)   Jika ternyata pilihan kariermu tidak cocok, hentikan.




BAB III
PENUTUP
            Masalah akan muncul dan bahkan menjadi konflik besar jika, pandangan dan nilai orang tua terhadap remaja sangat bertolak belakang dengan pandangan/nilai dari teman sebayanya, hal ini akan membuat para remaja mengalami ”kebingungan peran” (role confusion). Salah satu cara pendekatan terhadap masalah identitas adalah dengan mencoba berbagai peran dan cara berperilaku. Para ahli percaya bahwa masa remaja sebaiknya merupakan masa bereksperimen peran pada waktu dimana anak muda dapat bereksplorasi dengan ideologi dan minat yang berbeda.
            Seorang remaja memerlukan berbagai macam masukan dan perhatian dari orang-orang di sekeliling untuk dapat menentukan vagaimana karirnya ke depan. Ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan remaja dalam bidang karir, yakni factor internal dan factor eksternal. Factor internal adalah suatu factor yang berasal dari individu itu sendiri, seperti motivasi, minat, bakat dll. Sedangkan factor eksternal adalah factor yang berasal dari luar individu, seperti lingkungan sekitar, keluarga, teman dll. Seorang akan mendapatka kesuksesan dalam karirnya jika dia memang benar-benar berusaha untuk meraihnya.


2 komentar: