Punk
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sekelompok
pemuda Punk
Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu
dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead
seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga
dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir pada awal
tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi
hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.
Gerakan anak
muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah
Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh
kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran
dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan
caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun
kadang-kadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Banyak yang
menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem
berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka.
Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran
di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih
terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka
perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan
warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana
jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan
kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira
bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai
punker.
Punk juga
merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu
masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang
masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.
Daftar isi
|
Gaya hidup dan Ideologi
Psikolog brilian asal Rusia, Pavel Semenov, menyimpulkan bahwa manusia memuaskan kelaparannya
akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama, melakukan penelitian terhadap
lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut secara rasional (sains).
Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang
baru (seni).
Dengan
definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip
dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyleneh,
mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi
audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil (performer)
berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis
kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini
satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan
hebohnya pemikiran (ideas).
Punk
selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu
didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan
nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya,
lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia.
Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan
berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran
serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.
Akibatnya
punk dicap sebagai musik rock and roll aliran kiri, sehingga sering tidak
mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan
rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.
Gaya hidup
ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup sama dengan lainnya.
Ideologi diambil dari kata "ideas" dan "logos" yang berarti
buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai
dengan tempat, waktu dan situasi maka punk kalisari pada saat ini mulai
mengembangkan proyek "jor-joran" yaitu manfaatkan media sebelum media
memanfaatkan kita. Dengan kata lain punk berusaha membebaskan sesuatu yang
membelenggu pada zamannya masing-masing.
Punk dan Anarkisme
Lihat juga Anarko-punk
Kegagalan Reaganomic dan kekalahan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam pada tahun 1980-an turut memanaskan suhu dunia punk
pada saat itu. Band-band punk gelombang kedua (1980-1984), seperti Crass, Conflict, dan Discharge dari Inggris, The Ex dan BGK dari Belanda, MDC dan Dead Kennedys dari Amerika telah mengubah kaum
punk menjadi pemendam jiwa pemberontak (rebellious thinkers) daripada sekadar
pemuja rock n’ roll. Ideologi anarkisme yang pernah diusung oleh band-band
punk gelombang pertama (1972-1978), antara lain Sex Pistols dan The Clash, dipandang sebagai satu-satunya
pilihan bagi mereka yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap otoritas negara,
masyarakat, maupun industri musik.
Di
Indonesia, istilah anarki, anarkis atau anarkisme digunakan oleh media massa untuk menyatakan suatu tindakan
perusakan, perkelahian atau kekerasan massal. Padahal menurut para pencetusnya,
yaitu William
Godwin, Pierre-Joseph
Proudhon, dan Mikhail Bakunin, anarkisme adalah sebuah ideologi
yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara, dengan asumsi bahwa
negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang harus diakhiri.
Negara
menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat
pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab
atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas rakyat
terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia akan
berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri
tanpa campur tangan negara.
Kaum punk
memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam
keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari
masyarakat maupun perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri
aturan hidup dan perusahaan rekaman sesuai keinginan mereka. Punk etika semacam
inilah yang lazim disebut DIY (do it yourself/lakukan sendiri).
Keterlibatan
kaum punk dalam ideologi anarkisme ini akhirnya memberikan warna baru dalam
ideologi anarkisme itu sendiri, karena punk memiliki ke-khasan
tersendiri dalam gerakannya. Gerakan punk yang mengusung anarkisme sebagai
ideologi lazim disebut dengan gerakan Anarko-punk.
Punk di Indonesia
Berbekal
etika DIY, beberapa komunitas punk di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha rekaman dan
distribusi terbatas. Mereka membuat label rekaman sendiri untuk menaungi
band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian usaha ini
berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut distro.
CD dan kaset
tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. Mereka juga memproduksi dan
mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang
amat terjangkau. Dalam kerangka filosofi punk, distro adalah implementasi perlawanan
terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja Levi's, Adidas, Nike, Calvin Klein, dan barang bermerek luar negeri lainnya.
Sejarah Punk: Jangan Ngaku
Anak Punk Sebelum Baca Tulisan Ini!
|
Ditulis
oleh idrus syatri
|
Jumat, 26
Desember 2008 03:34
|
Punk
merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok
punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an,
saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah
menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti
jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa
berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.
Gerakan
anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera
merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh
kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran
dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan
caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana
namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Banyak
yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris
pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak
terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari
mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih
terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka
perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong
ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots,
rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti
kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk
berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti
itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Punk juga
merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari
keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah
dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah
politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah
agama.
Gaya hidup
dan Ideologi
Psikolog
brilian asal Rusia, Pavel Semenov, menyimpulkan bahwa manusia memuaskan
kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama, melakukan penelitian
terhadap lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut secara rasional
(sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat
sesuatu yang baru (seni).
Dengan definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas).
Punk
selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah
terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti
The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan
nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya,
lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya
dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan
kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar,
pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap
rakyat.
Akibatnya
punk dicap sebagai musik rock n’ roll aliran kiri, sehingga sering tidak
mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan
rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.
Gaya hidup
ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup sama dengan lainnya.
Ideologi diambil dari kata "ideas" dan "logos" yang
berarti buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi
berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi maka punk kalisari pada
saat ini mulai mengembangkan proyek "jor-joran" yaitu manfaatkan
media sebelum media memanfaatkan kita. Dengan kata lain punk berusaha
membebaskan sesuatu yang membelenggu pada zamannya masing-masing.
Punk dan
Anarkisme
Kegagalan
Reaganomic dan kekalahan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam di tahun
1980-an turut memanaskan suhu dunia punk pada saat itu. Band-band punk
gelombang kedua (1980-1984), seperti Crass, Conflict, dan Discharge dari
Inggris, The Ex dan BGK dari Belanda, MDC dan Dead Kennedys dari Amerika
telah mengubah kaum punk menjadi pemendam jiwa pemberontak (rebellious
thinkers) daripada sekadar pemuja rock n’ roll. Ideologi anarkisme yang
pernah diusung oleh band-band punk gelombang pertama (1972-1978), antara lain
Sex Pistols dan The Clash, dipandang sebagai satu-satunya pilihan bagi mereka
yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap otoritas negara, masyarakat,
maupun industri musik.
Di
Indonesia, istilah anarki, anarkis atau anarkisme digunakan oleh media massa
untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian atau kekerasan massal.
Padahal menurut para pencetusnya, yaitu William Godwin, Pierre-Joseph
Proudhon, dan Mikhail Bakunin, anarkisme adalah sebuah ideologi yang
menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara, dengan asumsi bahwa negara
adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang harus diakhiri.
Negara
menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat
pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung
jawab atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara
atas rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya
manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara.
Kaum punk
memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam
keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari
masyarakat maupun perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri
aturan hidup dan perusahaan rekaman sesuai keinginan mereka. Punk etika
semacam inilah yang lazim disebut DIY (do it yourself/lakukan sendiri).
Keterlibatan
kaum punk dalam ideologi anarkisme ini akhirnya memberikan warna baru dalam
ideologi anarkisme itu sendiri, karena punk memiliki ke-khasan tersendiri
dalam gerakannya. Gerakan punk yang mengusung anarkisme sebagai ideologi
lazim disebut dengan gerakan Anarko-punk.
Komunitas
yang satu ini memang sangat berbeda sendiri dibandingkan dengan komunitas
pada umumnya. Banyak orang yang menilai bahwa komunitas yang satu ini
termasuk salah satu komuitas yang urakan, berandalan dan sebagainya. Namun
jika dicermati lebih dalam banyak sekali yang menarik yang dapat Anda lihat
di komunitas ini. Punk sendiri terbagi menjadi beberapa komunitas-komunitas
yang memiliki ciri khas tersendiri, terkadang antara komunitas yang satu
dengan komunitas yang lain juga sering terlibat masalah. Walaupun begitu
mungkin beberapa komunitas Punk di bawah ini dapat mempengaruhi kehidupan
Anda sehari-hari.
Punk
Community
Anarcho Punk
Komunitas
Punk yang satu ini memang termasuk salah satu komunitas yang sangat keras.
Bisa dibilang mereka sangat menutup diri dengan orang-orang lainnya,
kekerasan nampaknya memang sudah menjadi bagiandari kehidupan mereka. Tidak
jarang mereka juga terlibat bentrokan dengan sesama komunitas Punk yang
lainnya.
Anarcho
Punk juga sangat idealis dengan ideologi yang mereka anut. Ideologi yang
mereka anut diantaranya, Anti Authoritarianism dan Anti Capitalist.Crass,
Conflict, Flux Of Pink Indians merupakan sebagian band yang berasal dari
Anarcho Punk.
Crust Punk
Jika Anda
berpikir bahwa Anarcho Punk merupakan komunitas Punk yang sangat brutal, maka
Anda harus menyimak yang satu ini. Crust Punk sendiri sudah diklaim oleh para
komunitas Punk yang lainnya sebagai komunitas Punk yang paling brutal. Para
penganut dari faham ini biasa disebut dengan Crusties. Para Crusties tersebut
sering melakukan berbagai macam pemberontakan dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
Musik yang mereka mainkan merupakan penggabungan dari musik Anarcho Punk dengan Heavy Metal. Para Crusties tersebut merupakan orang-orang yang anti sosial, mereka hanya mau bersosialisasi dengan sesama Crusties saja.
Glam Punk
Para
anggota dari komunitas ini merupakan para seniman. Apa yang mereka alami
dalam kehidupan sehari-hari sering mereka tuangkan sendiri dalam berbagai
macam karya seni. Mereka benar-benar sangat menjauhi perselisihan dengan
sesama komunitas atau pun dengan orang-orang lainnya.
Hard Core
Punk
Hard Core Punk mulai berkembang pada tahun 1980an di Amerika Serikat bagian utara. Musik dengan nuansa Punk Rock dengan beat-beat yang cepat menjadi musik wajib mereka. Jiwa pemberontakan juga sangat kental dalam kehidupan mereka sehari-hari, terkadang sesama anggota pun mereka sering bermasalah.
Nazi Punk
Dari
sekian banyaknya komunitas Punk, mungkin Nazi Punk ini merupakan sebuah
komunitas yang benar-benar masih murni. Faham Nazi benar-benar kental
mengalir di jiwa para anggotanya. Nazi Punk ini sendiri mulai
berkembang di Inggris pada tahun 1970an akhir dan dengan sangat cepat
menyebar ke Amerika Serikat. Untuk musiknya sendiri, mereka menamakannya Rock
Against Communism dan Hate Core.
The Oi
The Oi
atau Street Punk ini biasanya terdiri dari para Hooligan yang sering membuat
keonaran dimana-mana, terlebih lagi di setiap pertandingan sepak bola. Para
anggotanya sendiri biasa disebut dengan nama Skinheads. Para Skinheads
ini sendiri menganut prinsip kerja keras itu wajib, jadi walaupun sering
membuat kerusuhan mereka juga masih memikirkan kelangsungan hidup
mereka. Untuk urusan bermusik, para Skinheads ini lebih berani
mengekspresikan musiknya tersebut dibandingakan dengan komunitas-komunitas
Punk yang lainnya. Para Skinheads ini sendiri sering bermasalah dengan
Anarcho Punk dan Crust Punk.
Queer Core
Komunitas
Punk yang satu ini memang sangat aneh, anggotanya sendiri terdiri dari
orang-orang “sakit”, yaitu para lesbian, homoseksual, biseksual dan para
transexual. Walaupun terdiri dari orang-orang “sakit”, namun komunitas ini bisa
menjadi bahaya jika ada yang berani mengganggu mereka. Dalam kehidupan,
anggota dari komunitas ini jauh lebih tertutup dibandingkan dengan
komunitas-komunitas Punk yang lainnya. Queer Core ini sendiri merupakan hasil
perpecahan dari Hard Core Punk pada tahun 1985.
Riot Grrrl
Riot Grrrl
ini mulai terbentuk pada tahun 1991, anggotanya ialah para wanita yang keluar
dari Hard Core Punk. Anggota ini sendiri juga tidak mau bergaul selain dengan
wanita. Biasanya para anggotanya sendiri berasal dari Seattle, Olympia dan
Washington DC.
Scum Punk
Jika Anda
tertarik dengan Punk, mungkin ini salah satu komunitas yang layak untuk
diikuti. Scum Punk menamakan anggotanya dengan sebutan Straight Edge Scene.
Mereka benar-benar mengutamakan kenyamanan, kebersihan, kebaikan moral dan
kesehatan. Banyak anggota dari Scum Punk yang sama sekali tidak mengkonsumsi
zat-zat yang dapat merusak tubuh mereka sendiri.
The Skate
Punk
Skate Punk
memang masih erat hubungannya dengan Hard Core Punk dalam bermusik. Komunitas
ini berkembang pesat di daerah Venice Beach California. Para anggota
komunitas ini biasanya sangat mencintai skate board dan surfing.
Ska Punk
Ska Pun
merupakan sebuah penggabungan yang sangat menarik antara Punk dengan musik
asal Jamaica yang biasa disebut reggae. Mereka juga memiliki jenis tarian
tersendiri yang biasa mereka sebut dengan Skanking atau Pogo, tarian enerjik
ini sangat sesuai dengan musik dari Ska Punk yang memilikibeat-beat yang
sangat cepat.
Punk
Fashion
Para
Punkers biasanya memiliki cara berpakaian yang sangat menarik, bahkan tidak
sedikit masyarakat yang bukan Punkers meniru dandanan mereka ini. Terkadang
gaya para Punkers ini juga digabungkan dengan gaya berbusana saat ini yang
akhirnya malah merusak citra dari para Punkers itu sendiri. Untuk pakaiannya
sendiri, jaket kulit dan celana kulit menjadi salah satu andalan mereka,
namun ada juga Punkers yang menggunakan celana jeans yang sangat ketat dan
dipadukan dengan kaos-kaos yang bertuliskan nama-nama band mereka atau
kritikan terhadap pemerintah. Untuk rambut biasanya gaya spike atau mohawk
menjadi andalan mereka. Untuk gaya rambut ini banyak orangorang biasa yang
mengikutinya karena memang sangat menarik, namun terkadang malah menimbulkan
kesan tanggung. Body piercing, rantai dan gelang spike menjadi salah satu
yang wajib mereka kenakan. Untuk sepatu, selain boots tinggi, para Punkers
juga biasa menggunakan sneakers namun hanya sneakers dari Converse yang
mereka kenakan.
Gaya para
punkers tersebut nampaknya semakin marak dikenakan akhir-akhir ini, jika
begitu mungkin Anda setuju dengan ungkapan PUNK NOT DEAD.!!
by: idrus
alsyatri n ahlan lombok
|
Hooliganpunk's
Blog
Just another WordPress.com weblog
PERKEMBANGAN PUNK DI INDONESIA
Pada masa kini dengan adanya globalisasi, banyak sekali kebudayaan yang masuk ke Indonesia, sehingga tidak dipungkiri lagi muncul banyak sekali kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Kelompok-kelompok tersebut muncul dikarenakan adanya persamaan tujuan atau senasib dari masing-masing individu maka muncullah kelompok-kelompok sosial di dalam masyarakat. Kelompok-kelompok sosial yang dibentuk oleh kelompok anak muda yang pada mulanya hanya dari beberapa orang saja kemudian mulai berkembang menjadi suatu komunitas karena mereka merasa mempunyai satu tujuan dan ideologi yang sama.Salah satu dari kelompok tersebut yang akan kita bahas adalah kelompok “Punk”, yang terlintas dalam benak kita bagaimana kelompok tersebut yaitu dengan dandanan ‘liar’ dan rambut dicat dengan potongan ke atas dengan anting-anting. Mereka biasa berkumpul di beberapa titik keramaian pusat kota dan memiliki gaya dengan ciri khas sendiri. “Punk” hanya aliran tetapi jiwa dan kepribadian pengikutnya, akan kembali lagi ke masing-masing individu. Motto dari anak-anak “Punk” itu tersebut, Equality (persamaan hak) itulah yang membuat banyak remaja tertarik bergabung didalamnya. “Punk” sendiri lahir karena adanya persamaan terhadap jenis aliran musik “Punk” dan adanya gejala perasaan yang tidak puas dalam diri masing-masing sehingga mereka mengubah gaya hidup mereka dengan gaya hidup “Punk”..
“Punk” yang berkembang di Indonesia lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan. Dengan gaya hidup yang anarkis yang membuat mereka merasa mendapat kebebasan. Namun kenyataannya gaya hidup “Punk” ternyata membuat masyarakat resah dan sebagian lagi menganggap dari gaya hidup mereka yang mengarah ke barat-baratan. Sebenarnya, “Punk” juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan ”kita dapat melakukan sendiri”
Jumlah anak “Punk” di Indonesia memang tidak banyak, tapi ketika mereka turun ke jalanan, setiap mata tertarik untuk melirik gaya rambutnya yang Mohawk dengan warna-warna terang dan mencolok. Belum lagi atribut rantai yang tergantung di saku celana, sepatu boot, kaos hitam, jaket kulit penuh badge atau peniti, serta gelang berbahan kulit dan besi seperti paku yang terdapat di sekelilingnya yang menghiasi pergelangan tangannya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari busana mereka. Begitu juga dengan celana jeans super ketat yang dipadukan dengan baju lusuh, membuat image yang buruk terhadap anak “Punk” yang anti sosial.
Anak “Punk”, mereka kebanyakan di dalam masyarakat biasanya dianggap sebagai sampah masyarakat Tetapi yang sebenarnya, mereka sama dengan anak-anak lain yang ingin mencari kebebasan. Dengan gaya busana yang khas, simbol-simbol, dan tatacara hidup yang dicuri dari kelompok-kelompok kebudayaan lain yang lebih mapan, merupakan upaya membangun identitas berdasarkan simbol-simbol.
Gaya “Punk” merupakan hasil dari kebudayaan negara barat yang ternyata telah diterima dan diterapkan dalam kehidupan oleh sebagian anak-anak remaja di Indonesia, dan telah menyebabkan budaya nenek moyang terkikis dengan nilai-nilai yang negatif. Gaya hidup “Punk” mempunyai sisi negatif dari masyarakat karena tampilan anak “Punk” yang cenderung ‘menyeramkan’ seringkali dikaitkan dengan perilaku anarkis, brutal, bikin onar, dan bertindak sesuai keinginannya sendiri mengakibatkan pandangan masyarakat akan anak “Punk” adalah perusak, karena mereka bergaya mempunyai gaya yang aneh dan seringnya berkumpul di malam hari menimbulkan dugaan bahwa mereka mungkin juga suka mabuk-mabukan, sex bebas dan pengguna narkoba.
Awalnya pembentukan komunitas “Punk” tersebut terdapat prinsip dan aturan yang dibuat dan tidak ada satu orangpun yang menjadi pemimpin karena prinsip mereka adalah kebersamaan atau persamaan hak diantara anggotanya. Dengan kata lain, “Punk” berusaha menyamakan status yang ada sehingga tidak ada yang bisa mengekang mereka. Sebenarnya anak “Punk” adalah bebas tetapi bertanggung jawab. Artinya mereka juga berani bertanggung jawab secara pribadi atas apa yang telah dilakukannya. Karena aliran dan gaya hidup yang dijalani para “Punkers” memang sangat aneh, maka pandangan miring dari masyarakat selalu ditujukan pada mereka. Padahal banyak diantara “Punkers” banyak yang mempunyai kepedulian sosial yang sangat tinggi.
Komunitas anak “Punk” mempunyai aturan sendiri yang menegaskan untuk tidak terlibat tawuran, tidak saja dalam segi musikalitas saja, tetapi juga pada aspek kehidupan lainnya. Dan juga komunitas anak “Punk” mempunyai landasan etika ”kita dapat melakukan sendiri”, beberapa komunitas “Punk” di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. Komunitas tersebut membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian berkembang menjadi semacam toko kecil yang disebut distro. Tak hanya CD dan kaset, mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Produk yang dijual seluruhnya terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Kemudian hasil yang didapatkan dari penjualan tersebut, sebagian dipergunakan untuk membantu dalam bidang sosial, seperti membantu anak-anak panti asuhan meskipun mereka tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas. Komunitas “Punk” yang lain yaitu distro merupakan implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja barang bermerk luar negeri.
8 Nopember 2008
Komunitas
yang satu ini memang sangat berbeda sendiri dibandingkan dengan komunitas pada
umumnya. Banyak orang yang menilai bahwa komunitas yang satu ini termasuk salah
satu komuitas yang urakan, berandalan dan sebagainya. Namun jika dicermati
lebih dalam banyak sekali yang menarik yang dapat Anda lihat di komunitas ini.
Komunitas ini bukan hanya sekedar nongkrong di pinggir jalan, berpakaian aneh,
gak pernah mandi, dan seterusnya, tetapi komunitas ini banyak melahirkan
karya-karya yang bisa mereka banggakan. Di bidang musik misalnya, banyak band
punk yang mampu mendapat tempat di hati remaja Indonesia, mereka tidak kalah
dengan band-band cengeng yang selalu merengek-rengek, bahkan sampai nangis
kayak cewek untuk mendapatkan tempat di hati remaja Indonesia. Band punk
sendiri sangat identik dengan indie label, dengan modal yang minim band-band
punk bisa terus exis di belantika musik tanah air tercinta, bahkan sampai ke
level yang lebih tinggi, yaitu go international. Selain di bidang musik,
komunitas punk juga bergerak di bidang fashion, awalnya mereka hnya membuat
pakaian untuk mereka pakai sehari-hari, seiring dengan berjalannya waktu,
mereka membuat dengan jumlah yang lebih banyak dan juga desain yang lebih
variatif. Wadah untuk pakaian yang diproduksi sendiri oleh anak-anak punk
sendiri biasa disebut distro, di industri ini pun komunitas punk mampu bersaing
dengan produk-produk terkenal yang sudah akrab dengan remaja Indonesia. Di
distro sendiri juga tidak hanya menjual pakaian, banyak aksesoris-aksesoris
buatan anak-anak punk juga yang dijual di distro. Tidak hanya itu, distro
sendiri juga dijadikan senjata untuk publikasi band-band punk yang sudah
menpunyai album, pokoknya apa yang dilakukan komunitas punk tidak main-main,
semuanya tertata rapi, yang aku tau sih itu namanya simbiosismutualisme. Jadi,
jangan heran kalau remaja Indonesia dibilang gak keren karena belum belanja di
distro. Tidak berhenti di situ, dengan gaya yang seperti itu, jangan sampai
Anda bilang komunitas punk itu “gaptek” (gagap teknologi), dunia maya juga
menjadi salah satu jalur perkembangan komunitas punk.
Perkembangan
scene punk, komunitas, gerakan, musik, dan lainnya, yang paling optimal adalah
di Bandung, disusul Malang, Yogyakarta, Jabotabek, Semarang, Surabaya, dan
Bali. Parameternya adalah kuantitas dan kualitas aktivitas, bermusik, pembuatan
fanzine (publikasi internal), movement (gerakan), distro kolektif, hingga
pembuatan situs.Meski demikian, secara keseluruhan, punk di Indonesia termasuk
marak. Profane Existence, sebuah fanzine asal Amerika menulis negara dengan
perkembangan punk yang menempati peringkat teratas di muka Bumi adalah
Indonesia dan Bulgaria. Bahwa `Himsa`, band punk asal Amerika sampai dibuat
berdecak kagum menyaksikan antusiasme konser punk di Bandung. Di Inggris dan
Amerika, dua negara yang disebut sebagai asal wabah punk, konser punk yang
sering diadakan disana hanya dihadiri tak lebih seratus orang. Sedangkan di
sini, konser punk bisa dihadiri ribuan orang. Mereka kadang reaktif terhadap
publikasi pers karena khawatir diekploitasi. Pers sebagai industri, mereka anggap
merupakan salah satu mesin kapitalis. Mereka memilih publikasi kegiatan,
konser, hingga diskusi ide-ide lewat fanzine.
Sebagaimana
telah difahami, bahwa dalam perkembangannya manusia akan melewati masa remaja.
Remaja adalah anak manusia yang sedang tumbuh selepas masa anak-anak menjelang
dewasa. Dalam masa ini tubuhnya berkembang sedemikian pesat dan terjadi
perubahan-perubahan dalam wujud fisik dan psikis. Badannya tumbuh berkembang
menunjukkan tanda-tanda orang dewasa, perilaku sosialnya berubah semakin
menyadari keberadaan dirinya, ingin diakui, dan berkembang pemikiran maupun
wawasannya secara lebih luas. Mungkin kalau kita perkirakan umur remaja
berkisar antara 13 tahun sampai dengan 25 tahun. Pembatasan umur ini tidak
mutlak, dan masih bisa diperdebatkan.
Masa remaja
adalah saat-saat pembentukan pribadi, dimana lingkungan sangat berperan. Kalau
kita perhatikan ada empat faktor lingkungan yang mempengaruhi remaja:
1.
Lingkungan keluarga.
Keluarga sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan remaja. Kasih sayang orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberi dampak dalam kehidupan mereka. Demikian pula cara mendidik dan contoh tauladan dalam keluarga khususnya orang tua akan sangat memberi bekasan yang luar biasa.
Seorang remaja juga memerlukan komunikasi yang baik dengan orang tua, karena ia ingin dihargai, didengar dan diperhatikan keluhan-keluhannya. Dalam masalah ini, diperlukan orang tua yang dapat bersikap tegas, namun akrab (friendly). Mereka harus bisa bersikap sebagai orang tua, guru dan sekaligus kawan. Dalam mendidik anak dilakukan dengan cara yang masuk akal (logis), mampu menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk, melakukan pendekatan persuasif dan memberikan perhatian yang cukup. Semua itu tidak lain, karena remaja sekarang semakin kritis dan wawasannya berkembang lebih cepat akibat arus informasi dan globalisasi.
2. Lingkungan sekolah.
Sekolah adalah rumah kedua, tempat remaja memperoleh pendidikan formal, dididik dan diasuh oleh para guru. Dalam lingkungan inilah remaja belajar dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan daya pikirnya. Bagi remaja yang sudah menginjak perguruan tinggi, nampak sekali perubahan perkembangan intelektualitasnya. Tidak hanya sekedar menerima dari para pengajar, tetapi mereka juga berfikir kritis atas pelajaran yang diterima dan mampu beradu argumen dengan pengajarnya.
Dalam lingkungan sekolah guru memegang peranan yang penting, sebab guru bagaikan pengganti orang tua. Karena itu diperlukan guru yang arif bijaksana, mau membimbing dan mendorong anak didik untuk aktiv dan maju, memahami perkembangan remaja serta seorang yang dapat dijadikan tauladan. Guru menempati tempat istimewa di dalam kehidupan sebagian besar remaja. Guru adalah orang dewasa yang berhubungan erat dengan remaja. Dalam pandangan remaja, guru merupakan cerminan dari alam luar. Remaja percaya bahwa guru merupakan gambaran sosial yang diharapkan akan sampai kepadanya, dan mereka mengambil guru sebagai contoh dari masyarakat secara keseluruhan. Dan remaja menyangka bahwa semua orang tua, kecuali orang tua mereka, berfikir seperti berfikirnya guru-guru mereka.
3. Lingkungan teman pergaulan.
Teman sebaya adalah sangat penting sekali pengaruhnya bagi remaja, baik itu teman sekolah, organisasi maupun teman bermain. Dalam kaitannya dengan pengaruh kelompok sebaya, kelompok sebaya (peer groups) mempunyai peranan penting dalam penyesuaian diri remaja, dan bagi persiapan diri di masa mendatang. Serta berpengaruh pula terhadap pandangan dan perilakunya. Sebabnya adalah, karena remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga dan tidak tergantung kepada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya selama masa kanak-kanaknya.
4. Lingkungan dunia luar.
Merupakan lingkungan remaja selain keluarga, sekolah dan teman pergaulan, baik lingkungan masyarakat lokal, nasional maupun global. Lingkungan dunia luar akan memperngaruhi remaja, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik itu benar maupun salah, baik itu islami maupun tidak. Lingkungan dunia luar semakin besar pengaruhnya disebabkan oleh faktor-faktor kemajuan teknologi, transportasi, informasi maupun globalisasi.
Keluarga sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan remaja. Kasih sayang orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberi dampak dalam kehidupan mereka. Demikian pula cara mendidik dan contoh tauladan dalam keluarga khususnya orang tua akan sangat memberi bekasan yang luar biasa.
Seorang remaja juga memerlukan komunikasi yang baik dengan orang tua, karena ia ingin dihargai, didengar dan diperhatikan keluhan-keluhannya. Dalam masalah ini, diperlukan orang tua yang dapat bersikap tegas, namun akrab (friendly). Mereka harus bisa bersikap sebagai orang tua, guru dan sekaligus kawan. Dalam mendidik anak dilakukan dengan cara yang masuk akal (logis), mampu menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk, melakukan pendekatan persuasif dan memberikan perhatian yang cukup. Semua itu tidak lain, karena remaja sekarang semakin kritis dan wawasannya berkembang lebih cepat akibat arus informasi dan globalisasi.
2. Lingkungan sekolah.
Sekolah adalah rumah kedua, tempat remaja memperoleh pendidikan formal, dididik dan diasuh oleh para guru. Dalam lingkungan inilah remaja belajar dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan daya pikirnya. Bagi remaja yang sudah menginjak perguruan tinggi, nampak sekali perubahan perkembangan intelektualitasnya. Tidak hanya sekedar menerima dari para pengajar, tetapi mereka juga berfikir kritis atas pelajaran yang diterima dan mampu beradu argumen dengan pengajarnya.
Dalam lingkungan sekolah guru memegang peranan yang penting, sebab guru bagaikan pengganti orang tua. Karena itu diperlukan guru yang arif bijaksana, mau membimbing dan mendorong anak didik untuk aktiv dan maju, memahami perkembangan remaja serta seorang yang dapat dijadikan tauladan. Guru menempati tempat istimewa di dalam kehidupan sebagian besar remaja. Guru adalah orang dewasa yang berhubungan erat dengan remaja. Dalam pandangan remaja, guru merupakan cerminan dari alam luar. Remaja percaya bahwa guru merupakan gambaran sosial yang diharapkan akan sampai kepadanya, dan mereka mengambil guru sebagai contoh dari masyarakat secara keseluruhan. Dan remaja menyangka bahwa semua orang tua, kecuali orang tua mereka, berfikir seperti berfikirnya guru-guru mereka.
3. Lingkungan teman pergaulan.
Teman sebaya adalah sangat penting sekali pengaruhnya bagi remaja, baik itu teman sekolah, organisasi maupun teman bermain. Dalam kaitannya dengan pengaruh kelompok sebaya, kelompok sebaya (peer groups) mempunyai peranan penting dalam penyesuaian diri remaja, dan bagi persiapan diri di masa mendatang. Serta berpengaruh pula terhadap pandangan dan perilakunya. Sebabnya adalah, karena remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga dan tidak tergantung kepada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya selama masa kanak-kanaknya.
4. Lingkungan dunia luar.
Merupakan lingkungan remaja selain keluarga, sekolah dan teman pergaulan, baik lingkungan masyarakat lokal, nasional maupun global. Lingkungan dunia luar akan memperngaruhi remaja, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik itu benar maupun salah, baik itu islami maupun tidak. Lingkungan dunia luar semakin besar pengaruhnya disebabkan oleh faktor-faktor kemajuan teknologi, transportasi, informasi maupun globalisasi.
Pada masa
remaja, emosi masih labil, pencarian jati diri terus menuntut untuk mencari apa
potensi yang ada di dalam diri masing-masing. Pada masa inilah seseorang sangat
rapuh, mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Seiring dengan pesatnya
perkembangan scane punk yang ada di Indonesia, komunitas punk mampu menyihir
remaja Indonesia untuk masuk ke dalam komunitas punk. Tetapi tidak semua remaja
Indonesia tertarik dengan apa yang ada di dalam punk itu sendiri. Sebagian
remaja di Indonesia hanya mengkonsumsi sedikit yang ada di dalam punk. Contoh
kecil, seorang remaja berpakaian ala punk, tetapi dia tidak idealis, dia tidak
menganut paham ideologi punk, dia juga suka musik cengeng yamg lembut bak
seorang bayi yang baru keluar dari rahim ibunya. Dari contoh kecil tersebut,
komunitas punk masih bisa dibilang sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja
Indonesia, bahkan bisa dibilang mempunyai andil dan bertanggung jawab terhadap
kebebasan berekspresi remaja Indonesia.
Sejarah Perkembangan Musik Punk Rock Di Indonesia
Punkers
|
Punk rock
merupakan suatu salah satu aliran music yang dalam perkembangannya masih
dipandang sebelah mata dalam masyarakat kita , dikarenakan musiknya yang keras
dan liriknya sedikit menyindir ataupun seronok dan pilihan katanya pun
terkadang asing ditelinga kita , namun dalam bermusik tidak terlepas dari yang
namanya seni , seni merupakan ekspresi diri seseorang ataupun kelompok yang
tidak ada batasannya dalam mencurahkannya atau menyalurkan bakat mereka, salah
satunya melalui bermusik, selama itu masih dalam norma-norma hukum yang berlaku
.
Namun bicara kualitas dalam bermusik , band yang mengusung aliran punk rock ini lebih baik dibanding dengan band yang bermunculan saat ini yang hanya bermodalkan tampang ganteng ataupun cantik saja , namun kualitas atau basic bermusiknya masih diragukan atau dipertanyakan . Ada lagi artis-artis yang hanya mengandalkan wajah cantik, ganteng dan popularitas mereka, tanpa tahu artinya bermusik .
Komunitas band yang beraliran “punk rock” saat ini sudah lebih baik dalam perkembangannya , masyarakat Indonesia sudah mulai menerima band yang beraliran punk rock, walau tidak semua dapat menerimanya . Band punk rock sudah dapat bersaing dengan band-band yang mengusung aliran tentang cinta-cinta terus .
Muak denger lagu tentang cinta terus , cobalah anda mendengarkan lagu band yang mengusung aliran punk rock , keunggulannya melalui lirik dan aransemen yang sangat simple namun sangat membangkitkan semangat kita dalam menjalani hidup ini dan membuat tegar dalam menghadapi cobaan apapun , salah satu band ternama dan cukup terkenal yaitu “SUPERMAN IS DEAD” dapat menjadi contoh dalam bermusik, mereka tetap bermusik dengan aliran punk rock walau caci maki datang memghampiri mereka , namun mereka tetap bertahan tanpa memusuhinya.
Mereka muak dengan yang namanya perbedaan , semua kita sama, tidak ada yang berbeda , mereka bermusik untuk indonesia . Jadi jangan memandang sebelah mata, mereka yang bermusik dengan aliran punk rock , tetap semangat , keep move !! yeah . cheers.
Namun bicara kualitas dalam bermusik , band yang mengusung aliran punk rock ini lebih baik dibanding dengan band yang bermunculan saat ini yang hanya bermodalkan tampang ganteng ataupun cantik saja , namun kualitas atau basic bermusiknya masih diragukan atau dipertanyakan . Ada lagi artis-artis yang hanya mengandalkan wajah cantik, ganteng dan popularitas mereka, tanpa tahu artinya bermusik .
Komunitas band yang beraliran “punk rock” saat ini sudah lebih baik dalam perkembangannya , masyarakat Indonesia sudah mulai menerima band yang beraliran punk rock, walau tidak semua dapat menerimanya . Band punk rock sudah dapat bersaing dengan band-band yang mengusung aliran tentang cinta-cinta terus .
Muak denger lagu tentang cinta terus , cobalah anda mendengarkan lagu band yang mengusung aliran punk rock , keunggulannya melalui lirik dan aransemen yang sangat simple namun sangat membangkitkan semangat kita dalam menjalani hidup ini dan membuat tegar dalam menghadapi cobaan apapun , salah satu band ternama dan cukup terkenal yaitu “SUPERMAN IS DEAD” dapat menjadi contoh dalam bermusik, mereka tetap bermusik dengan aliran punk rock walau caci maki datang memghampiri mereka , namun mereka tetap bertahan tanpa memusuhinya.
Mereka muak dengan yang namanya perbedaan , semua kita sama, tidak ada yang berbeda , mereka bermusik untuk indonesia . Jadi jangan memandang sebelah mata, mereka yang bermusik dengan aliran punk rock , tetap semangat , keep move !! yeah . cheers.
Mengamati Fenomena
Anak Punk
2 Votes
Baru-baru
ini Satuan Polisi Pamong Praja merazia anak-anak Punk yang biasa mangkal
disekitar alun-alun Pandeglang. Menurut berita yang yang saya kutip dari
beberapa media lokal, Keberadaan mereka bagi sebagian masyarakat dianggap cukup
meresahkan. Anak punk ini diambil dari beberapa tempat di alun-alun Pandeglang.
Mereka lalu diangkut dengan menggunakan mobil dan dibawa ke kantor Satpol PP
Pandeglang. Setelah itu, anak-anak punk ini didata oleh petugas Satpol PP,
bahkan saat mereka berada di Kantor Satpol PP, bertingkah seperti merasa bebas
dan merokok sembarangan. Akibatnya, petugas memaksa anak-anak punk ini untuk
tidak merokok sembarangan. Di dalam kantor, petugas mengumpulkan seluruh
barang-barang yang dimiliki oleh komunitas punk ini untuk diperiksa.
Berdasarkan
pendataan petugas Satpol PP Pandeglang, sebagian besar anak punk ini bukan
merupakan warga Pandeglang. Diantara mereka, ada yang merupakan warga luar
Pandeglang, seperti Medan, Jakarta bahkan Denpasar,Bali. Beberapa anak punk
yang ditanya mengaku datang ke Pandeglang untuk mencari pengalaman. Mereka
selama di Pandeglang, tinggal di berbagai tempat. “Kalau untuk berteduh mah
bisa dimana saja. Yang penting ga kehujanan. Kami datang karena kami ingin
bebas,” kata Putu, salah seorang anak punk. Dia juga mengatakan, alasannya menjadi
anak punk karena tidak betah tinggal di rumah. Apalagi orang tua juga tidak
memedulikannya. Karena itu, agar lebih bebas Putu mengaku memilih untuk menjadi
anak punk.
Hal serupa
juga dikemukakan oleh Agus, salah seorang anak punk lainnya. Dia mengaku ingin
menikmati masa kebebasan dengan cara menjadi anak punk. Apalagi tidak ada
aturan yang membelenggu keberadaan anak punk. “Kan kalo jadi anak punk identik
dengan kebebasan, makanya saya menjadi anak punk,” kata Agus. Sementara itu,
Yasin, pelaksana TU di kantor Pol PP mengatakan, pihaknya akan melakukan
pendataan terhadap komunitas anak punk. Kemudian, Satpol PP akan berkoordinasi
dengan dinas sosial terkait keberadaan mereka di Pandeglang.
Sementara
itu, anggota Komisi IV DPRD Pandeglang, M. Ilma Fatwa meminta agar anak-anak
punk itu tidak diperlakukan represif. Sebaiknya anak-anak punk harus dibina
agar bisa lebih bermanfaat bagi masyarakat.
Tanpa
bermaksud untuk menghakimi, catatan ini saya buat untuk memahami keberadaan
mereka, mulai dari asal usul anak-anak Funk sampai dengan gaya hidup mereka
sehari-hari. Catatan yang saya rangkum dari berbagai sumber ini,
dimaksudkan agar kita dapat memahami keberadaan mereka yang sekaligus mencari
solusi pembinaan yang cocok untuk mereka.
———————————————–
Pada masa
kini dengan adanya globalisasi, banyak sekali kebudayaan yang masuk ke
Indonesia, sehingga tidak dipungkiri lagi muncul banyak sekali
kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Kelompok-kelompok tersebut muncul
dikarenakan adanya persamaan tujuan atau senasib dari masing-masing individu
maka muncullah kelompok-kelompok sosial di dalam masyarakat. Kelompok-kelompok
sosial yang dibentuk oleh kelompok anak muda yang pada mulanya hanya dari
beberapa orang saja kemudian mulai berkembang menjadi suatu komunitas karena
mereka merasa mempunyai satu tujuan dan ideologi yang sama.
Terlintas
dalam benak bagaimana kelompok tersebut dengan dandanan ‘liar’ dan rambut dicat
dengan potongan ke atas disertai anting-anting. Mereka biasa berkumpul di
beberapa titik keramaian pusat kota dan memiliki gaya dengan ciri khas sendiri.
“Punk” hanya aliran tetapi jiwa dan kepribadian pengikutnya, akan kembali lagi
ke masing-masing individu. Motto dari anak-anak “Punk” itu tersebut, Equality
(persamaan hak) itulah yang membuat banyak remaja tertarik bergabung
didalamnya. “Punk” sendiri lahir karena adanya persamaan terhadap jenis aliran
musik “Punk” dan adanya gejala perasaan yang tidak puas dalam diri
masing-masing sehingga mereka mengubah gaya hidup mereka dengan gaya hidup
“Punk”.
“Punk” yang
berkembang di Indonesia lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan
tingkah laku yang mereka perlihatkan. Dengan gaya hidup anarkis membuat mereka
merasa mendapat kebebasan. Namun kenyataannya gaya hidup “Punk” ternyata
membuat masyarakat resah dan sebagian lagi menganggap dari gaya hidup mereka
yang mengarah ke barat-baratan. Sebenarnya, “Punk” juga merupakan sebuah
gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan ”kita dapat
melakukan sendiri”.
Jumlah anak
“Punk” di Indonesia memang tidak banyak, tapi ketika mereka turun ke jalanan,
setiap mata tertarik untuk melirik gaya rambutnya yang Mohawk dengan
warna-warna terang dan mencolok. Belum lagi atribut rantai yang tergantung di
saku celana, sepatu boot, kaos hitam, jaket kulit penuh badge atau peniti,
serta gelang berbahan kulit dan besi seperti paku yang terdapat di
sekelilingnya yang menghiasi pergelangan tangannya menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari busana mereka. Begitu juga dengan celana jeans super ketat
yang dipadukan dengan baju lusuh, membuat image yang buruk terhadap anak “Punk”
yang anti sosial.
Anak “Punk”,
mereka kebanyakan di dalam masyarakat biasanya dianggap sebagai sampah
masyarakat Tetapi yang sebenarnya, mereka sama dengan anak-anak lain yang ingin
mencari kebebasan. Dengan gaya busana yang khas, simbol-simbol, dan tata cara
hidup yang dicuri dari kelompok-kelompok kebudayaan lain yang lebih mapan,
merupakan upaya membangun identitas berdasarkan simbol-simbol.
Gaya “Punk”
merupakan hasil dari kebudayaan negara barat yang ternyata telah diterima dan
diterapkan dalam kehidupan oleh sebagian anak-anak remaja di Indonesia, dan
telah menyebabkan budaya nenek moyang terkikis dengan nilai-nilai yang negatif.
Gaya hidup “Punk” mempunyai sisi negatif dari masyarakat karena tampilan anak
“Punk” yang cenderung ‘menyeramkan’ seringkali dikaitkan dengan perilaku
anarkis, brutal, bikin onar, dan bertindak sesuai keinginannya sendiri
mengakibatkan pandangan masyarakat akan anak “Punk” adalah perusak, karena
mereka bergaya mempunyai gaya yang aneh dan seringnya berkumpul di malam hari
menimbulkan dugaan bahwa mereka mungkin juga suka mabuk-mabukan, sex bebas dan
pengguna narkoba.
Awalnya
pembentukan komunitas “Punk” tersebut terdapat prinsip dan aturan yang dibuat
dan tidak ada satu orangpun yang menjadi pemimpin karena prinsip mereka adalah
kebersamaan atau persamaan hak diantara anggotanya. Dengan kata lain, “Punk”
berusaha menyamakan status yang ada sehingga tidak ada yang bisa mengekang mereka.
Sebenarnya anak “Punk” adalah bebas tetapi bertanggung jawab. Artinya mereka
juga berani bertanggung jawab secara pribadi atas apa yang telah dilakukannya.
Karena aliran dan gaya hidup yang dijalani para “Punkers” memang sangat aneh,
maka pandangan miring dari masyarakat selalu ditujukan pada mereka. Padahal
banyak diantara “Punkers” yang mempunyai kepedulian sosial.
Komunitas
anak “Punk” mempunyai aturan sendiri yang menegaskan untuk tidak terlibat
tawuran, tidak saja dalam segi musikalitas saja, tetapi juga pada aspek
kehidupan lainnya. Dan juga komunitas anak “Punk” mempunyai landasan etika
”kita dapat melakukan sendiri”, beberapa komunitas “Punk” di kota-kota besar di
Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha
rekaman dan distribusi terbatas. Komunitas tersebut membuat label rekaman
sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke
pasaran. Kemudian berkembang menjadi semacam toko kecil yang disebut distro.
Tak hanya CD dan kaset, mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt,
aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo.
Produk yang dijual seluruhnya terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau.
Kemudian hasil yang didapatkan dari penjualan tersebut, sebagian dipergunakan
untuk membantu dalam bidang sosial, seperti membantu anak-anak panti asuhan
meskipun mereka tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas. Komunitas
“Punk” yang lain yaitu distro merupakan implementasi perlawanan terhadap
perilaku konsumtif anak muda pemuja barang bermerk luar negeri.
Asal Usul
PUNKERS
Punk merupakan
sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk
selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an,
saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah
menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat
berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun1970-an. Punk juga
bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.
Gerakan anak
muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah
Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh
kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran
dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan
caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun
terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Banyak yang
menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena
di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk
mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra
punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan
berbagai tindak kriminal.
Punk lebih
terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka
perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian,
atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang
terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan
baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari
kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang
berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Punk juga
merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari
keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam
melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita
tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial
dan bahkan masalah agama.
Gaya hidup
dan Ideologi
Psikolog brilian asal Rusia, Pavel Semenov,
menyimpulkan bahwa manusia memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua
cara. Pertama, melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil
penelitian tersebut secara rasional (sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan
terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang baru (seni).
Dengan
definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari
dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan
para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu
dandanan nyleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan
hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil
(performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi)
secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut
juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus
disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas).
Punk selanjutnya
berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap
industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The
Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak
memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati.
Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap
kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan,
dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar,
pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap
rakyat.
Akibatnya
punk dicap sebagai musik rock and roll aliran kiri, sehingga sering tidak
mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan
rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.
Gaya hidup
ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup sama dengan lainnya.
Ideologi diambil dari kata “ideas” dan “logos” yang berarti buah
pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai dengan
tempat, waktu dan situasi maka punk kalisari pada saat ini mulai mengembangkan
proyek “jor-joran” yaitu manfaatkan media sebelum media memanfaatkan kita.
Dengan kata lain punk berusaha membebaskan sesuatu yang membelenggu pada
zamannya masing-masing.
Punk dan
Anarkisme
Kegagalan Reaganomic
dan kekalahan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam di tahun 1980-an
turut memanaskan suhu dunia punk pada saat itu. Band-band punk gelombang kedua
(1980-1984), seperti Crass, Conflict, dan Discharge dari Inggris,
The Ex dan BGK dari Belanda, MDC dan Dead Kennedys dari Amerika telah
mengubah kaum punk menjadi pemendam jiwa pemberontak (rebellious thinkers)
daripada sekadar pemuja rock n’ roll. Ideologi anarkisme yang pernah
diusung oleh band-band punk gelombang pertama (1972-1978), antara lain Sex
Pistols dan The Clash, dipandang sebagai satu-satunya pilihan bagi mereka
yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap otoritas negara, masyarakat, maupun
industri musik.
Di
Indonesia, istilah anarki, anarkis atau anarkisme digunakan
oleh media massa untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian
atau kekerasan massal. Padahal menurut para pencetusnya, yaitu William
Godwin, Pierre-Joseph Proudhon, dan Mikhail Bakunin, anarkisme adalah
sebuah ideologi yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara, dengan
asumsi bahwa negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang harus
diakhiri.
Negara
menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat
pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab
atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas
rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya
manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara.
Kaum punk
memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam
keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari
masyarakat maupun perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri
aturan hidup dan perusahaan rekaman sesuai keinginan mereka. Punk etika semacam
inilah yang lazim disebut DIY (do it yourself/lakukan
sendiri).
Keterlibatan
kaum punk dalam ideologi anarkisme ini akhirnya memberikan warna baru dalam
ideologi anarkisme itu sendiri, karena punk memiliki ke-khasan tersendiri dalam
gerakannya. Gerakan punk yang mengusung anarkisme sebagai ideologi lazim
disebut dengan gerakanAnarko-punk.
PUNK DI
INDONESIA
Berbekal
etika DIY, beberapa komunitas punk di kota-kota besar di Indonesia
seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang merintis
usaha rekaman dan distribusi terbatas. Mereka membuat label rekaman sendiri
untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran.
Kemudian usaha ini berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim
disebut distro.
CD dan kaset
tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. Mereka juga memproduksi dan
mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta
jasa tindik (piercing) dan tatoo. Seluruh produk dijual terbatas dan
dengan harga yang amat terjangkau. Dalam kerangka filosofi punk, distro adalah
implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda
pemuja Levi’s, Adidas, Nike, Calvin Klein, dan barang
bermerek luar negeri lainnya.
Berbekal
etika DIY, beberapa komunitas punk di kota-kota besar di Indonesia seperti
Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha rekaman dan distribusi
terbatas. Mereka membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band
sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian usaha ini
berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut distro.
CD dan kaset
tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. Mereka juga memproduksi dan
mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik
(piercing) dan tatoo. Seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang amat
terjangkau. Dalam kerangka filosofi punk, distro adalah implementasi perlawanan
terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja Levi’s, Adidas, Nike, Calvin Klein,
shopie martin, darbost dan barang bermerek luar negeri lainnya.
————————————————————-
Beberapa
Tulisan yang dimuat di beberapa Blog, menarik untuk kita simak. Berikut ini
tulisan yang pernah dimuat oleh beberapa BLOGER tentang keberadaan anak-anak
Funk di Indonesia.
Komunitas “PUNK“ Siapa Mereka?
Ditulis oleh Hentakun
Pernah
bertemu sekelompok pemuda dengan dandanan ‘liar’ dan rambut dicat dengan
potongan ke atas mirip rambut orang Indian, ditambah aksesoris anting-anting,
rantai bahkan gembok tergantung di pinggang? Mereka biasa berkumpul di beberapa
titik keramaian pusat kota dan memiliki gaya dengan ciri khas, “seni dan
kebebasan” itulah yang menjadi alasan mereka seperti itu.
Budi salah
satu anak Punk di Pontianak pernah melanglangbuana sampai ke Singapura ini
mengatakan, “Punk” itu sebuah aliran tetapi jiwa dan kepribadian pengikutnya
kembali ke masing-masing individu, negatif tidaknya seorang Punk bukan karena
aliran tetapi jiwa individunya jelas Budi.
Motto dari
anak “Punk” itu, Equality atau persamaan hak. “Aliran Punk lahir karena adanya
persamaan terhadap jenis aliran musik Punk dan adanya gejala perasaan yang
tidak puas dalam diri masing-masing. Sehingga mereka mengubah gaya hidup dengan
gaya hidup Punk,” kata Budi.
Punk
berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu
dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang cepat
dan menghentak. Selain fashion yang dikenakan, tingkah laku yang mereka
perlihatkan seperti potongan rambut Mohawk ala suku Indian, atau dipotong ala
feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai
dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh. Ini sikap anti
kemapanan, anti sosial.
Setiap aksesoris
yang dikenakan ada maknanya. Misalnya sepatu boot yang dipakai melambangkan
anti penindasan. Gembok terkatup yang digantung di pinggang menunjukkan seorang
”Punkers” ingin kebebasan.
Sebuah
Gerakan Perlawanan
Dewa,
Punkers asal Singkawang menjelaskan, kosa kata Punk telah digunakan sejak
Shakespeare menulis The Merry Wives of Windsor. Dalam kamus Bahasa Indonesia,
Punk diartikan sebagai anak muda yang masih ”hijau”, tidak berpengalaman, atau
tidak berarti. Bahkan diartikan juga sebagai orang yang ceroboh, semberono dan
ugal-ugalan. Namun, Dewa membantah karena makna tersebut dianggapnya kurang
menggambarkan makna Punk secara keseluruhan.
Dalam
”Philosophy of Punk”, Craig O’Hara (1999) menyebutkan tiga pengertian Punk.
Punk sebagai trend remaja dalam fashion dan musik. Punk sebagai pemula yang
punya keberanian memberontak, memperjuangkan kebebasan dan melakukan perubahan.
Punk sebagai bentuk perlawanan yang “hebat”, karena menciptakan musik, gaya
hidup, komunitas dan kebudayaan sendiri.
Punk memang tersohor
di musik, namun energi eksplosif dan kecepatan gerak punk lebih dari sekedar
fenomena musik. Musik hanya satu aspek dari gerakan Punk. Punk berkaitan erat
dengan musik, ode dan grafis. Punk juga dapat dipandang sebagai bagian episode
budaya lebih luas, dan menemukan ekspresinya dalam penampilan dan seni visual.
Punk juga
merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan pada keyakinan
we can do it ourselves. Penilaian Punk dalam melihat suatu masalah dapat
dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik,
lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial. ”Bahkan masalah agama,” jelas
Budi.
Punk yang
berkembang di Indonesia, lebih terkenal dalam hal pakaian yang dikenakan dan
tingkah laku diperlihatkan. Mereka merasa mendapat kebebasan. “Punk” juga
merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan pada keyakinan
”kita dapat melakukan sendiri”.
Menurut
Budi, anak “Punk” bebas tetapi bertanggung jawab. Mereka berani bertanggung
jawab secara pribadi, atas apa yang telah dilakukan. Karena aliran dan gaya
hidup yang dijalani para “Punkers” aneh, maka pandangan miring dari masyarakat
selalu ditujukan pada mereka. Padahal banyak diantara “Punkers” yang mempunyai
kepedulian sosial sangat tinggi.
Menurut
Budi, di Kalbar setiap tahun anak Punk selalu melakukan kegiatan sosial dengan
membagikan makanan pada kaum miskin kota, anak jalanan dan orang-orang yang
mengemis di perempatan serta pemulung. Kegiatan ini dikenal dengan istilah ”Food
not Boms”.
Menurut
Ceel, seorang Punker yang bekerja di perusahaan penangkaran Ikan Arwana di
Pontianak mengatakan, perkebangan Punk di Kalbar, seiring dengan masuknya Punk
ke Kalbar 1997. Beberapa ”Punkers” dari Bandung datang ke Pontianak. ”Mereka
menginginkan ada komunitas Punk di Pontianak,” kata Ceel.
Komunitas
anak “Punk” mempunyai aturan sendiri yang menegaskan untuk tidak terlibat
tawuran, tidak saja dalam segi musikalitas saja, tetapi juga pada aspek
kehidupan lainnya. Dan juga komunitas anak “Punk” mempunyai landasan etika ”kita
dapat melakukan sendiri”.
Beberapa
komunitas “Punk” di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung,
Yogyakarta, dan Malang. Mereka juga merintis usaha rekaman dan distribusi
terbatas. Komunitas tersebut membuat label rekaman sendiri, untuk menaungi
band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran.
Kemudian
berkembang menjadi semacam toko kecil yang disebut distro. Tak hanya CD dan
kaset, mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan
majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Produk yang dijual
seluruhnya terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau.
Kemudian
hasil yang didapatkan dari penjualan tersebut, sebagian dipergunakan untuk
membantu dalam bidang sosial, seperti membantu anak-anak panti asuhan, meskipun
mereka tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas. Komunitas “Punk” yang
lain, yaitu distro merupakan implementasi perlawanan terhadap perilaku
konsumtif anak muda pemuja barang bermerk luar negeri
Pada masa
kini dengan adanya globalisasi, banyak sekali kebudayaan yang masuk ke
Indonesia, sehingga tidak dipungkiri bakal muncul banyak sekali
kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Kelompok-kelompok tersebut muncul
dikarenakan adanya persamaan tujuan atau senasib dari masing-masing individu,
maka muncullah kelompok-kelompok sosial di masyarakat. ”Ini budaya luar ambil
yang positif saja,” harap Budi.
————————————————————-
PENGARUH KOMUNITAS PUNK TERHADAP PERILAKU REMAJA
INDONESIA (ditulis
oleh ARRAY HOLLYMAN)
Komunitas
yang satu ini memang sangat berbeda sendiri dibandingkan dengan komunitas pada
umumnya. Banyak orang yang menilai bahwa komunitas yang satu ini termasuk salah
satu komuitas yang urakan, berandalan dan sebagainya. Namun jika dicermati
lebih dalam banyak sekali yang menarik yang dapat Anda lihat di komunitas ini.
Komunitas ini bukan hanya sekedar nongkrong di pinggir jalan, berpakaian aneh,
gak pernah mandi, dan seterusnya, tetapi komunitas ini banyak melahirkan
karya-karya yang bisa mereka banggakan.
Di bidang
musik misalnya, banyak band punk yang mampu mendapat tempat di hati remaja
Indonesia, mereka tidak kalah dengan band-band cengeng yang selalu
merengek-rengek, bahkan sampai nangis kayak cewek untuk mendapatkan tempat di
hati remaja Indonesia. Band punk sendiri sangat identik dengan indie label,
dengan modal yang minim band-band punk bisa terus exis di belantika musik tanah
air tercinta, bahkan sampai ke level yang lebih tinggi, yaitu go international.
Selain di
bidang musik, komunitas punk juga bergerak di bidang fashion, awalnya mereka
hnya membuat pakaian untuk mereka pakai sehari-hari, seiring dengan berjalannya
waktu, mereka membuat dengan jumlah yang lebih banyak dan juga desain yang
lebih variatif. Wadah untuk pakaian yang diproduksi sendiri oleh anak-anak punk
sendiri biasa disebut distro, di industri ini pun komunitas punk mampu bersaing
dengan produk-produk terkenal yang sudah akrab dengan remaja Indonesia. Di
distro sendiri juga tidak hanya menjual pakaian, banyak aksesoris-aksesoris
buatan anak-anak punk juga yang dijual di distro. Tidak hanya itu, distro
sendiri juga dijadikan senjata untuk publikasi band-band punk yang sudah
menpunyai album, pokoknya apa yang dilakukan komunitas punk tidak main-main,
semuanya tertata rapi, yang aku tau sih itu namanya simbiosismutualisme. Jadi,
jangan heran kalau remaja Indonesia dibilang gak keren karena belum belanja di
distro. Tidak berhenti di situ, dengan gaya yang seperti itu, jangan sampai
Anda bilang komunitas punk itu “gaptek” (gagap teknologi), dunia maya juga menjadi
salah satu jalur perkembangan komunitas punk.
Perkembangan
scene punk, komunitas, gerakan, musik, dan lainnya, yang paling optimal adalah
di Bandung, disusul Malang, Yogyakarta, Jabotabek, Semarang, Surabaya, dan
Bali. Parameternya adalah kuantitas dan kualitas aktivitas, bermusik, pembuatan
fanzine (publikasi internal), movement (gerakan), distro kolektif, hingga
pembuatan situs.Meski demikian, secara keseluruhan, punk di Indonesia termasuk
marak. Profane Existence, sebuah fanzine asal Amerika menulis negara dengan
perkembangan punk yang menempati peringkat teratas di muka Bumi adalah
Indonesia dan Bulgaria. Bahwa `Himsa`, band punk asal Amerika sampai dibuat
berdecak kagum menyaksikan antusiasme konser punk di Bandung. Di Inggris dan
Amerika, dua negara yang disebut sebagai asal wabah punk, konser punk yang
sering diadakan disana hanya dihadiri tak lebih seratus orang. Sedangkan di
sini, konser punk bisa dihadiri ribuan orang. Mereka kadang reaktif terhadap
publikasi pers karena khawatir diekploitasi. Pers sebagai industri, mereka
anggap merupakan salah satu mesin kapitalis. Mereka memilih publikasi kegiatan,
konser, hingga diskusi ide-ide lewat fanzine.
Sebagaimana
telah difahami, bahwa dalam perkembangannya manusia akan melewati masa remaja.
Remaja adalah anak manusia yang sedang tumbuh selepas masa anak-anak menjelang
dewasa. Dalam masa ini tubuhnya berkembang sedemikian pesat dan terjadi
perubahan-perubahan dalam wujud fisik dan psikis. Badannya tumbuh berkembang
menunjukkan tanda-tanda orang dewasa, perilaku sosialnya berubah semakin
menyadari keberadaan dirinya, ingin diakui, dan berkembang pemikiran maupun
wawasannya secara lebih luas. Mungkin kalau kita perkirakan umur remaja
berkisar antara 13 tahun sampai dengan 25 tahun. Pembatasan umur ini tidak
mutlak, dan masih bisa diperdebatkan.
Masa remaja
adalah saat-saat pembentukan pribadi, dimana lingkungan sangat berperan. Kalau
kita perhatikan ada empat faktor lingkungan yang mempengaruhi remaja:
1.
Lingkungan keluarga.
Keluarga sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan remaja. Kasih sayang orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberi dampak dalam kehidupan mereka. Demikian pula cara mendidik dan contoh tauladan dalam keluarga khususnya orang tua akan sangat memberi bekasan yang luar biasa.
Keluarga sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan remaja. Kasih sayang orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberi dampak dalam kehidupan mereka. Demikian pula cara mendidik dan contoh tauladan dalam keluarga khususnya orang tua akan sangat memberi bekasan yang luar biasa.
Seorang
remaja juga memerlukan komunikasi yang baik dengan orang tua, karena ia ingin
dihargai, didengar dan diperhatikan keluhan-keluhannya. Dalam masalah ini,
diperlukan orang tua yang dapat bersikap tegas, namun akrab (friendly). Mereka
harus bisa bersikap sebagai orang tua, guru dan sekaligus kawan. Dalam mendidik
anak dilakukan dengan cara yang masuk akal (logis), mampu menjelaskan mana yang
baik dan mana yang buruk, melakukan pendekatan persuasif dan memberikan
perhatian yang cukup. Semua itu tidak lain, karena remaja sekarang semakin
kritis dan wawasannya berkembang lebih cepat akibat arus informasi dan
globalisasi.
2. Lingkungan sekolah.
2. Lingkungan sekolah.
Sekolah
adalah rumah kedua, tempat remaja memperoleh pendidikan formal, dididik dan
diasuh oleh para guru. Dalam lingkungan inilah remaja belajar dan berlatih
untuk meningkatkan kemampuan daya pikirnya. Bagi remaja yang sudah menginjak
perguruan tinggi, nampak sekali perubahan perkembangan intelektualitasnya.
Tidak hanya sekedar menerima dari para pengajar, tetapi mereka juga berfikir
kritis atas pelajaran yang diterima dan mampu beradu argumen dengan
pengajarnya.
Dalam
lingkungan sekolah guru memegang peranan yang penting, sebab guru bagaikan
pengganti orang tua. Karena itu diperlukan guru yang arif bijaksana, mau
membimbing dan mendorong anak didik untuk aktiv dan maju, memahami perkembangan
remaja serta seorang yang dapat dijadikan tauladan. Guru menempati tempat
istimewa di dalam kehidupan sebagian besar remaja. Guru adalah orang dewasa
yang berhubungan erat dengan remaja. Dalam pandangan remaja, guru merupakan
cerminan dari alam luar. Remaja percaya bahwa guru merupakan gambaran sosial
yang diharapkan akan sampai kepadanya, dan mereka mengambil guru sebagai contoh
dari masyarakat secara keseluruhan. Dan remaja menyangka bahwa semua orang tua,
kecuali orang tua mereka, berfikir seperti berfikirnya guru-guru mereka.
3. Lingkungan teman pergaulan.
Teman sebaya adalah sangat penting sekali pengaruhnya bagi remaja, baik itu teman sekolah, organisasi maupun teman bermain. Dalam kaitannya dengan pengaruh kelompok sebaya, kelompok sebaya (peer groups) mempunyai peranan penting dalam penyesuaian diri remaja, dan bagi persiapan diri di masa mendatang. Serta berpengaruh pula terhadap pandangan dan perilakunya. Sebabnya adalah, karena remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga dan tidak tergantung kepada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya selama masa kanak-kanaknya.
3. Lingkungan teman pergaulan.
Teman sebaya adalah sangat penting sekali pengaruhnya bagi remaja, baik itu teman sekolah, organisasi maupun teman bermain. Dalam kaitannya dengan pengaruh kelompok sebaya, kelompok sebaya (peer groups) mempunyai peranan penting dalam penyesuaian diri remaja, dan bagi persiapan diri di masa mendatang. Serta berpengaruh pula terhadap pandangan dan perilakunya. Sebabnya adalah, karena remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga dan tidak tergantung kepada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya selama masa kanak-kanaknya.
4.
Lingkungan dunia luar.
Merupakan lingkungan remaja selain keluarga, sekolah dan teman pergaulan, baik lingkungan masyarakat lokal, nasional maupun global. Lingkungan dunia luar akan memperngaruhi remaja, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik itu benar maupun salah, baik itu islami maupun tidak. Lingkungan dunia luar semakin besar pengaruhnya disebabkan oleh faktor-faktor kemajuan teknologi, transportasi, informasi maupun globalisasi.
Merupakan lingkungan remaja selain keluarga, sekolah dan teman pergaulan, baik lingkungan masyarakat lokal, nasional maupun global. Lingkungan dunia luar akan memperngaruhi remaja, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik itu benar maupun salah, baik itu islami maupun tidak. Lingkungan dunia luar semakin besar pengaruhnya disebabkan oleh faktor-faktor kemajuan teknologi, transportasi, informasi maupun globalisasi.
Pada masa
remaja, emosi masih labil, pencarian jati diri terus menuntut untuk mencari apa
potensi yang ada di dalam diri masing-masing. Pada masa inilah seseorang sangat
rapuh, mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Seiring dengan pesatnya
perkembangan scane punk yang ada di Indonesia, komunitas punk mampu menyihir
remaja Indonesia untuk masuk ke dalam komunitas punk. Tetapi tidak semua remaja
Indonesia tertarik dengan apa yang ada di dalam punk itu sendiri. Sebagian
remaja di Indonesia hanya mengkonsumsi sedikit yang ada di dalam punk. Contoh
kecil, seorang remaja berpakaian ala punk, tetapi dia tidak idealis, dia tidak
menganut paham ideologi punk, dia juga suka musik cengeng yamg lembut bak
seorang bayi yang baru keluar dari rahim ibunya. Dari contoh kecil tersebut,
komunitas punk masih bisa dibilang sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja
Indonesia, bahkan bisa dibilang mempunyai andil dan bertanggung jawab terhadap
kebebasan berekspresi remaja Indonesia.
————————————————————-
Punk bukan Gothic (ditulis oleh ARRAY HOLLYMAN)
Pernah
dengar istilah “gothic” (dibaca: gotik)? Kalo kamu lihat video
klipnya Marilyn Manson, Evanessence, My Chemical Romance dan ikon
kelompok musik rock lain dengan penampilan kayak mereka, itu adalah tampilan
gaya gothic. Hitam, gelap dan mencekam.
Akan tetapi,
apakah gothic itu? Dalam Encarta Dictionary 2006 DVD,
kamu bakal nemuin istilah gothic ini dalam beberapa sisi. Pertama,
gothic sebagai gaya arsitektur bangunan yang muncul di abad pertengahan. Gaya
ini berkembang di Eropa Barat antara abad ke-12 dan ke-15 yang dicirikan dengan
bangunan berbentuk lancip menyerupai mata panah, dinding penopang yang
mengambang dan langit-langit yang tinggi dan berbentuk kurva. Biasanya banyak
ditemui di gereja-gereja katederal.
Kedua, sebagai gaya seni abad
pertengahan. Maksudnya semua seni diidentifikasi atau diusahakan mengadopsi
gaya abad pertengahan termasuk didalamnya; gaya musik, lukis, dan pahat
yang banyak dilakukan orang pada abad ke-12 dan ke-15.
Ketiga, sesuatu yang disandarkan pada
karakter abad pertengahan yang udah disebutkan di atas. Pada pengertian yang
ketiga ini, gothic menjadi semacam simbol atau identitas yang disandarkan sama
abad pertengahan.
Keempat, istilah untuk menyebut genre
fiksi yang menakutkan. Sebuah genre fiksi yang dicirikan dengan kesuraman,
kemurungan dan kegelapan. Atau sering juga dengan alur cerita yang aneh
atau sesuatu yang luar biasa plot yang memaparkan tentang kesendirian yang
mencekam, seperti reruntuhan kastil atau bangunan lainnya. Selintas,
penggambaran di film mungkin mirip horor seperti Count Draculla, Van
Helsing, The Crow, Frankenstein, de-es-be.
Kelima, segala sesuatu yang berhubungan
dengan semua karakteristik di atas, baik bahasa ataupun budaya.
Masalahnya
adalah, ketika gothic muncul sebagai sebuah subkebudayaan pada
masyarakat modern dan banyak berkembang di usia remaja kayak kamu, yang
kemudian banyak muncul adalah bukan dalam bentuk apresiasi sama gaya-gaya
arsitektur abad pertengahan yang indah itu, tapi lebih banyak muncul dalam
pengertian yang keempat. Gambaran tentang kesuraman, kemurungan, kegelapan,
kesendirian dan hal-hal lain yang mencekam. Makanya nggak usah heran kalo
kelompok musik yang bergaya gothic ini biasanya lebih banyak
mengedepankan suasana-suasana semacam ini. Itu bisa kamu lihat dalam tema-tema
lagu, gaya berpakaian, de-es-be.
Supaya lebih
jelas, beberapa ciri gaya fesyen gothic antara lain;segala
sesuatu yang berwarna hitam atau gelap, aksesoris berbahan perak, wajah yang
dimake-up dengan pucat yang melambangkan jiwa yang nggak pernah mati (kayak vampire),
rambut yang dicat hitam atau ngejreng banget; pirang, merah, ungu atau
warna-warna ngejreng lainnya, make-up yang dominan hitam-putih (dengan dasar
putih pucat dengan celak, alis dan lipstick hitam, alis tipis yang dicukur
kemudian dilukis, menggunakan fesyen dengan bahan kulit, latex, karet, vinyl atau
korset yang ketat, jubah, kalung yang mencekik, simbol ankh (simbol
bangsa Mesir yang melambangkan hidup abadi), dan simbol-simbol keabadian lain,
salib, rantai (yang digunakan pada sabuk, kalung dan lain-lain, tato, tindik,
sepatu berhak tinggi, dan ciri lainnya. Gampangnya, kamu bisa melihat Eric
Draven (karakter dalam The Crow)—dengan muka pucat dengan garis
vertikal yang memotong mata, lipstick hitam; atau Marlyn Manson dengan
penampilan yang hampir sama.
Kalo dilihat
dari gaya hidup atau lifestyle, mereka yang menganut aliran gothic,
sebagaimana dilaporkan samawww.gothicsubculture.com, sebuah situs yang
meneliti dan memperdalam sub-kebudayaan gothic menyebutkan beberapa ciri yang
bikin kita kaget.
Pertama, mereka punya kebiasaan menyakiti
diri sendiri, kebanyakan dengan cara memotong atau mengiris bagian tubuh mereka
sendiri. Tindakan ini bisa disebabkan beberapa faktor, yaitu;
1. Mereka
melakukannya untuk menarik perhatian alias caper. Tindakan ini banyak
dilakukan sama kalangan remaja dan biasanya dengan menggunakan silet. Tindakan
ini mereka lakukan sebagai upaya untuk mendapatkan perhatian dari
kawan-kawannya.
2. Menghindari
bunuh diri dengan mengganti rasa sakit fisik untuk rasa sakit lain yang nggak
bisa mereka kendalikan. Tindakan ini juga simbol untuk mengingat rasa sakit
di masa lalu yang telah dilaluinya. Memotong atau mengiris bagian tubuh sebagai
hukuman sama diri sendiri juga termasuk pada ketegori ini.
3. Untuk
mengonsentrasikan diri. Salah satu obsesi dan idealisme gerakan gothic
adalah hidup abadi. Untuk mengonsentrasikan ini, mereka mencoba bersentuhan
dengan kematian yang mereka yakini sebagai pintu menuju kehidupan abadi.
4. Alasan
lain yang nggak disebutkan. Biasanya karena coba-coba atau tindakan
imitasi.
Kedua, mereka punya ritual khusus yaitu
dengan mengalirkan dan meminum darah. Hiiii…!!!
Meski
berbeda dengan memotong bagian tubuh, motivasi mengucurkan dan meminum darah
bisa sama. Perbedaan utama dari kebiasaan ini adalah bahwa fokus lebih bisa
tercapai dengan meminum darah ketimbang memotong tubuh. Dalam sejarah, darah
dipandang sebagai simbol paling kuat dalam sastra dan seni, menandakan
kehidupan dan kematian sekaligus. Tindakan ini dilakukan dengan beberapa
alasan, diantaranya:
1. Meniru
vampire. Film dan kebudayaan pop lain pada masa lampau punya banyak cerita
tentang vampire. Mereka adalah tokoh yang muncul dalam cerita-cerita tentang
iblis dan setan yang takut sama salib, bawang putih dan air suci (dalam ajaran
Kristiani). Daya tahan tubuh mereka juga lemah jika terkena sinar matahari.
Asumsi ini lama-kelamaan berubah, vampire jadi sesuatu yang indah, abadi, muda,
kuat, dan punya kebebasan. Vampire bukan lagi iblis pembunuh, tapi dijadikan
simbol “apa yang diinginkan” manusia: ketidaktakutan, keabadian, kekuatan.
Dengan keyakinan ini, mereka meniru kebiasaan vampire dengan mengadakan ritual
meminum dan mengucurkan darah, yang mereka pahami sebagai tindakan menuju
keabadian.
2. Rasa
penasaran dan coba-coba. Beberapa dari mereka melakukan tindakan itu cuma
pengen nyobain doang gimana rasanya, gimana darah itu memuncrat dan mengalir,
kayak gimana, de-es-te.
3. Pengalaman
erotis. Seks dipandang sebagai salah satu cara untuk berbagi dengan anggota
lain dalam kelompok gothic. Buat sebagian orang, meminum darah bisa jadi
merupakan bagian pengalaman berbagi kayak begini. Itulah sebabnya mereka
melakukan ritual ini.
4. Fanatisme.
Meminum atau mengucurkan darah memang bukan tindakan normal, sebab nggak semua
orang melakukan itu. Namun, buat mereka yang fanatik sama kelompoknya, mereka
bakal melakukan apapun, termasuk mengucurkan dan meminum darah, selama itu
untuk kepentingan kelompoknya.
Semua ini
makin menguatkan fakta kalo yang namanya gothic itu identik sama menyakiti diri
sendiri. Jadi, nggak heran kalo ada teman kamu atau remaja lain yang
“mencontek” gaya hidup semacam ini biasanya suka menyendiri, baik sengaja atau
nggak, cenderung menyakiti diri sendiri, bersikap pemberontak, de-es-be.
Nah, tentang
hal ini, ada info penting nih! Sebuah penelitian yang dilakukan beberapa
peneliti Skotlandia mengungkap fakta kalo remaja yang mengadopsi gaya hidup
gothic berpotensi lebih membahayakan diri sendiri atau melakukan percobaan
bunuh diri.Nah lho! Para peneliti menilai, gaya hidup gothic itu identik
dengan pakaian warna gelap dan musik-musik introspektif. Dalam ekspresi musik,
hampir mirip sama aliran punk.
“Meskipun
nggak banyak remaja yang mengidentifikasi secara langsung sebagai anggota
subkebudayaan gothic, angka percobaan bunuh diri dan tindakan-tindakan yang
membahayakan diri sendiri dalam kelompok ini sangat tinggi,” begitu kata Robert Young, kepala
penelitian yang dilakukan Glasgow University tersebut.
Tim peneliti
Skotlandia itu menilai meski gothic adalah subgenre kebudayaan punk, tapi
keduanya berbeda. Gothic lebih identik dengan estetika gelap dan kesan
berbahaya. Marilyn Manson adalah salah satu figur yang banyak dipuja dan ditiru
para penganut subkebudayaan gothic ini. Gaya hidup tersebut banyak menuai
kecaman sebab dianggap identik sama kekerasan.
Riset para
peneliti Glasgow University ini melibatkan 1.258 orang remaja berusia 11-19
tahun. Mereka ditanya tentang kekerasan terhadap diri sendiri dan
keterkaitan mereka dengan berbagai kebudayaan remaja. Di Inggris, angka
kekerasan terhadap diri sendiri di kalangan remaja mencapai 7-14%.
Penelitian
yang diterbitkan di British Medical Journal itu mengungkapkan bahwa
55% remaja yang punya hubungan sama subkebudayaan gothic melaporkan
tindakan yang membahayakan diri sendiri. Masih ada lagi, sebanyak 47% dari
remaja ini juga sempat melakukan percobaan bunuh diri. Walah-walah!
Bahkan,
setelah disesuaikan sama faktor-faktor lain kayak penyalahgunaan alkohol dan
depresi sebelum mereka menganut gaya hidup gothic, para penganut
itu masih memiliki level tinggi upaya kekerasan sama diri sendiri dan percobaan
bunuh diri. Artinya, mereka yang mengadopsi budaya kekerasan ala gothic ini
biasanya punya masalah kepribadian.
“Kemungkinan penyebabnya adalah mereka meniru tingkah
laku ikon atau kelompok gothic. Namun karena penelitian kami mengungkap lebih banyak
upaya kekerasan terhadap diri sendiri sebelum, bukan setelah, remaja menjadi
gothic, muncul indikasi remaja berkecenderungan membahayakan diri sendiri mudah
tersedot kedalam subkebudayaan gothic,” tegas Young.
Intinya,
para penganut subkebudayaan gothic biasanya adalah mereka yang punya masalah
mental. Hal ini diperkuat sama Michael van Beinum, seorang psikiater remaja dan
anak-anak yang punya anggapan bahwa subkebudayaan gothic mungkin
menarik bagi remaja yang menderita masalah mental.
Kota dan Komunitas Punk
Banyak orang salah kaprah menilai komunitas punk adalah borok masyarakat. Dandanan lusuh, bentuk rambut mohawk, jas dan dasi yang dikenakan saat konser-konser musik dan berkumpul, dan bentuk-bentuk busana konfrontatif lainnya pada mereka seringkali dianggap sebagai perusak tatanan nilai-nilai.Padahal, sejarah mencatat dibalik penampilan yang tidak lazim tersebut tersembunyi semangat dan harapan yang besar. Di negara asalnya, Inggris, Amerika, dan negara-negara Eropa lainnya, pada tahun 1970-an bentuk rambut mohawk yang biasa menjadi style mereka adalah adopsi dari penampilan bangsa Indian, bangsa yang tertindas akibat kolonialisasi. Sedangkan pemakaian jas dan dasi adalah simbol protes kepada para kapitalis dan birokrat yang seringkali diberi label suci dan terhormat.
Di tahun 1990-an, keberadaan punkers (sebutan bagi komunitas punk) dapat dilihat di kota-kota besar semisal Bandung, Jakarta, Jogjakarta, Malang dan Surabaya. Bahkan, di Sidoarjo Jawa Timur, yang notabene bukan termasuk kota besar, komunitas ini cukup mempunyai eksistensi. Anggotanya terdiri dari berbagai macam golongan, yakni dari pelajar, mahasiswa, sampai dengan para anjal (anak jalanan) dan pengamen. Namun khusus di Surabaya, beberapa anggota punk ada juga yang berasal dari bonek (bondo nekat), suporter klub Persebaya yang terkenal kekerasan dan kenekatannya.
Musti diakui, ketika masuk ke Indonesia gaya hidup ini memiliki terjemahan lain. Apalagi ketika berbaur dengan kebudayaan kota yang notabene tempat dimana arus informasi berkembang pesat. Hal ini pulalah yang menyebabkan kondisi ciri khas kebudayaan kota berubah. N. Daljoeni (1978) menekankan bahwa pendekatan aspek mental dalam proses perkembangan kota, orientasi nilai-nilai serta kebiasaan hidup penduduk kota, baik yang terdiri dari bagian partikel terkecil, sesungguhnya merupakan produk behavioral (perilaku) dari suatu sistem sosial budaya yang lebih besar.
Setidaknya ada dua budaya besar yang melatarinya yakni, pertama, modernisasi yang diikuti globalisasi. Tidak dapat disangkal, dalam era tersebut produktivitas manusia merupakan hal yang utama. Jika sudah demikian, dampaknya selain tertuju pada perkembangan teknologi dan informasi, juga berpengaruh pada tingkat mobilitas sosial yang tinggi. Dengan hubungan rasionalistik, impersonal dan berorientasi pada tujuan, pada gilirannya menimbulkan kondisi anomi (keadaan renggang dari norma-norma yang dianut masyarat), ketidakberdayaan dan keterasingan, baik di tingkatan hubungan keluarga ataupun masyarakat.
Kedua, berlangsungnya rezim otoritarianisme Orde Baru. Telah menjadi anggapan umum bahwa zaman ini merupakan puncak dari pemerintahan RI yang represif. Segala doktrin pandangan hidup (way of life) selalu diseragamkan. Akibatnya, terjadi penindasan yang membabi buta bagi jalan menuju humanisasi. Dengan demikian, lahirnya komunitas punk di Indonesia boleh jadi adalah refleksi dari dimensi sosiologis yang berkembang.
Semangat punk yang mengkampanyekan kesetaraan dan solidaritas terhadap subjek-subjek yang tertindas seperti di negara asalnya menjadi inspirasi bagi anak-anak muda yang mulai mengkristal. Pada gilirannya, mereka pun memproklamirkan diri sebagai anak Punk. Ketika strata ini terbentuk, sudah barang tentu simbol-simbol perlawanan mulai diciptakan.
Menggelandang, cangkruk (berkumpul), body pearcing yang mengerikan, hingga memungut makanan dari sampah sebagai simbol anti kemapanan, seringkali dianggap sebagai perilaku yang menyimpang. Dalam kerangka filosofi punk, hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas). Karena caranya yang unik dalam menunjukkan identitas, maka benturan dengan pemerintah dan norma-norma masyarakat tak pelak sering terjadi. Terlihat, misalnya, dalam beberapa tahun terakhir beberapa kali anak-anak punk di Sidoarjo digaruk pemerintah lantaran menggelandang di persimpangan jalan dan di tempat-tempat umum lain. Bahkan sudah tidak terhitung lagi bagaimana ketidakharmonisan mereka di dalam kehidupan keluarga dan masyarakat lantaran dianggap aneh.
Kini simbol-simbol tersebut menjadi fashion yang ditunggangi kapitalisme. Dikemas dalam bentuk yang lebih menarik, dramatis dan membumi, tak heran proses peniruan gaya hidup ini menjamur sedemikian rupa. Bahkan tidak jarang saat ini terjadi “modifikasi” gaya hidup Punk yang “terdistribusi” dan tak lagi terlihat ekstrem. Menjamurnya distro, toko kecil yang menjual aksesoris Punk, adalah salah satu wujudnya. Seiring dengan itu, semangat perlawanan dan membuat perubahan pun luntur lantaran tergerus dengan budaya konsumerisme dan hedonisme.
Berbeda dengan penyebutan punk di negara asalnya yang merujuk pada bahasa slang untuk menyebut penjahat dan perusak, pola “gerakan” punk Indonesia yang dinamis dalam mengisi perkembangan musik, gaya menari, style, olahraga (skate boarding), graffiti maupun bidang-bidang yang lain, telah menginspirasikan istilah ini diplesetkan menjadi Pemuda Urakan Namun Kreatif (PUNK) sejak awal tahun 2000.
Namun kini, aksesoris Punk tak lebih hanya sebuah gaya hidup. “Ideologisasi” ini lazim terjadi di kota-kota. Yang lebih parah, hal itu berpotensi menyebarkan bentukan budaya baru (enkulturasi) secara massif mengingat kota selalu menjadi pusat perkembangan paradaban dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi.
Kepongahan cara berpikir anak muda sering terjebak pada peniruan belaka. Gaya hidup bangsa lain ditelan mentah-mentah sehingga melupakan esensi dari budaya bangsa. Sampai disini imperialisme kebudayaan mencapai puncaknya. Kalau dibiarkan, bisa jadi dalam beberapa tahun lagi generasi muda kita hanya menjadi robot kapitalisme dan kekuatan global.
Karena itu, patut menjadi bahan renungan bersama bagi pemerintah, para keluarga, guru dan kyai dalam menyikapi perubahan yang menyesatkan ini. Demi membina hubungan yang lebih intim dan menancapkan sense of value, komunikasi yang sehat perlu terus digalakkan di tengah kesibukan dan rutinitas.
Terobosan konkrit bisa diwujudkan dengan memasukkan pelajaran gaya hidup anak muda ke dalam kurikulum pendidikan. Dengan begitu, diharapkan berbagai pengalaman masa lampau berikut semangat dan harapannya dapat memicu kesadaran kritis sebagai penyeimbang pelajaran identitas nasional, sehingga siswa diajak untuk menjawab pertanyaan substansial kenapa harus mengikuti gaya hidup tertentu.
Jika simbol perlawanan tanpa diikuti tindakan sosial atas perubahan, hal itu akan menjadi sia-sia belaka. Jarang berproduksi dan berinovasi dalam ilmu pengetahuan, teknologi, serta berpikir kritis-konstruktif terhadap realitas, bukan tidak mungkin kelak bangsa kita justru akan menjadi bangsa kuli bagi negara lain. Semoga saja tidak ..ARYA WANDA WIRAYUDA
Punk Di Indonesia
Orang-orang
di Indonesia pasti lebih banyak mengenal Punk dari fashion yang dikenakan dan
tingkah laku. Mulai dari potongan rambut mohawk ala indian, feathercut, rantai,
jaket kulit, celana jeans sampai sepatu boots. Identik dengan alkohol, kriminal
sampai anti kemapanan. Tapi ternyata Punk tidak sesempit itu. Punk juga dapat
berarti genre musik yang lahir di awal tahun 1970-an. Ciri khas musik dan lirik
lagu punk yang sederhana, tegas, kasar, beat menghentak dan sudah pasti sarat
kritik sosial. Mereka terbiasa menyindir penguasa melalui lagu-lagu.
Punk juga bisa berarti ideologi politik bahkan falsafah hidup. Dalam sejarah Punk merupakan sebuah kelompok budaya baru yang lahir di Inggris. Mulai 1980-an kaum punk menjelajah Amerika tapi tentu saja dengan gaya Amerika. Entahlah dengan Punk di Asia termasuk di Indonesia. Gaya Punk di sini mungkin telah berevolusi pula sesuai kultur.
Cukup mengherankan juga sebenarnya banyak yang merusak citra punk yang sebenarnya bermula dari gerakan anak-anak kelas pekerja di Eropa ini. Bedanya di Indonesia Punk kebanyakan bertumbuh dari fashion. Bukan dari akar sejarah, ideologi apalagi kreativitas seni yang anti tirani. Mungkin karena banyak dari generasi mereka di Indonesia yang berkeliaran di jalanan dan akrab dengan kriminal.
Punk adalah sebuah gerakan perlawanan anak muda. Di Indonesia pun banyak punkers tapi dengan gaya yang berbeda. Yang pasti adalah dengan fashion yang sama. Sebagian kecil dari punker tanah air sebenarnya adalah juga Punk sejati. Dapat dicermati dengan musik dan kreativitas seni lainnya mereka menunjukkan ciri perlawanan khas Punk. Tapi mungkin perlu ditambah sedikit lagi "keberanian" bagi punker Indonesia untuk "menjewer" penguasa melalui karya seni.
Punk juga bisa berarti ideologi politik bahkan falsafah hidup. Dalam sejarah Punk merupakan sebuah kelompok budaya baru yang lahir di Inggris. Mulai 1980-an kaum punk menjelajah Amerika tapi tentu saja dengan gaya Amerika. Entahlah dengan Punk di Asia termasuk di Indonesia. Gaya Punk di sini mungkin telah berevolusi pula sesuai kultur.
Cukup mengherankan juga sebenarnya banyak yang merusak citra punk yang sebenarnya bermula dari gerakan anak-anak kelas pekerja di Eropa ini. Bedanya di Indonesia Punk kebanyakan bertumbuh dari fashion. Bukan dari akar sejarah, ideologi apalagi kreativitas seni yang anti tirani. Mungkin karena banyak dari generasi mereka di Indonesia yang berkeliaran di jalanan dan akrab dengan kriminal.
Punk adalah sebuah gerakan perlawanan anak muda. Di Indonesia pun banyak punkers tapi dengan gaya yang berbeda. Yang pasti adalah dengan fashion yang sama. Sebagian kecil dari punker tanah air sebenarnya adalah juga Punk sejati. Dapat dicermati dengan musik dan kreativitas seni lainnya mereka menunjukkan ciri perlawanan khas Punk. Tapi mungkin perlu ditambah sedikit lagi "keberanian" bagi punker Indonesia untuk "menjewer" penguasa melalui karya seni.
Berbekal
etika DIY (Do It Yourself), beberapa komunitas punk di kota-kota besar di
Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha
rekaman dan distribusi terbatas. Mereka membuat label rekaman sendiri untuk
menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian
usaha ini berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut distro.
CD dan kaset tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. Mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Dalam kerangka filosofi punk, distro adalah implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja Levi’s, Adidas, Nike, Calvin Klein, dan barang bermerek luar negeri lainnya.
Musik
CD dan kaset tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. Mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Dalam kerangka filosofi punk, distro adalah implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja Levi’s, Adidas, Nike, Calvin Klein, dan barang bermerek luar negeri lainnya.
Musik
Superman Is Dead
|
Punk rock
merupakan suatu salah satu aliran musik yang dalam perkembangannya masih
dipandang sebelah mata dalam masyarakat kita, dikarenakan musiknya yang keras
dan liriknya sedikit menyindir ataupun seronok dan pilihan katanya pun
terkadang asing ditelinga kita, namun dalam bermusik tidak terlepas dari yang
namanya seni, seni merupakan ekspresi diri seseorang ataupun kelompok yang
tidak ada batasannya dalam mencurahkannya atau menyalurkan bakat mereka, salah
satunya melalui bermusik, selama itu masih dalam norma-norma hukum yang
berlaku. Namun bicara kualitas dalam bermusik, band yang mengusung aliran punk
rock ini lebih baik dibanding dengan band yang bermunculan saat ini yang hanya
bermodalkan tampang ganteng ataupun cantik saja, namun kualitas atau basic
bermusiknya masih diragukan atau dipertanyakan. Ada lagi artis-artis yang hanya
mengandalkan wajah cantik, ganteng dan popularitas mereka, tanpa tahu artinya
bermusik.
Komunitas band yang beraliran “punk rock” saat ini sudah lebih baik dalam perkembangannya, masyarakat Indonesia sudah mulai menerima band yang beraliran punk rock, walau tidak semua dapat menerimanya. Band punk rock sudah dapat bersaing dengan band-band yang mengusung aliran tentang cinta-cinta terus. Muak denger lagu tentang cinta terus, cobalah anda mendengarkan lagu band yang mengusung aliran punk rock, keunggulannya melalui lirik dan aransemen yang sangat simple namun sangat membangkitkan semangat kita dalam menjalani hidup ini dan membuat tegar dalam menghadapi cobaan apapun, salah satu band ternama dan cukup terkenal yaitu “Superman Is Dead” dapat menjadi contoh dalam bermusik, mereka tetap bermusik dengan aliran punk rock walau caci maki datang memghampiri mereka, namun mereka tetap bertahan tanpa memusuhinya. Mereka muak dengan yang namanya perbedaan, semua kita sama, tidak ada yang berbeda, mereka bermusik untuk indonesia. Jadi jangan memandang sebelah mata, mereka yang bermusik dengan aliran punk rock, tetap semangat, keep move.
Komunitas band yang beraliran “punk rock” saat ini sudah lebih baik dalam perkembangannya, masyarakat Indonesia sudah mulai menerima band yang beraliran punk rock, walau tidak semua dapat menerimanya. Band punk rock sudah dapat bersaing dengan band-band yang mengusung aliran tentang cinta-cinta terus. Muak denger lagu tentang cinta terus, cobalah anda mendengarkan lagu band yang mengusung aliran punk rock, keunggulannya melalui lirik dan aransemen yang sangat simple namun sangat membangkitkan semangat kita dalam menjalani hidup ini dan membuat tegar dalam menghadapi cobaan apapun, salah satu band ternama dan cukup terkenal yaitu “Superman Is Dead” dapat menjadi contoh dalam bermusik, mereka tetap bermusik dengan aliran punk rock walau caci maki datang memghampiri mereka, namun mereka tetap bertahan tanpa memusuhinya. Mereka muak dengan yang namanya perbedaan, semua kita sama, tidak ada yang berbeda, mereka bermusik untuk indonesia. Jadi jangan memandang sebelah mata, mereka yang bermusik dengan aliran punk rock, tetap semangat, keep move.
Dari
sosial
sumedang sosial punk
Kamis, 14 April 2011
Dari
keributan-keributan seperti itu maka akan timbul Prejudice dari
masyarakat bahwa Punk identik dengan kekerasan. Namun Kekerasan itu sendiri
ditentang oleh Punkers atau anak Punk (sebutan bagi anak-anak bergaya hidup
Punk). Bagi mereka kekerasan hanyalah suatu tindakan bodoh namun entah mengapa
selalu terjadi keributan dalam suatu event atau acara musik yang diadakan oleh
mereka.
Kekerasan yang mereka lakukan kadang muncul sebagai pengaruh minuman keras. Minuman keras sudah tidak terlepas dari kehidupan mereka yang sebagian besar memang peminum minuman keras.
Kekerasan dalam komunitas mereka sendiri tidak jarang terjadi. Perkelahian antar anak Punk atau sekedar saling melakukan tindakan kekerasan ketika mereka berjoget didepan panggung sebuah acara musik punk. Kekerasan saat mereka menikmati musik ini seperti sudah menjadi sebuah ritual dalam komunitas punk. Saling memukul dan saling menendang bahkan bergulat bergulingan menjadi hal yang biasa saat mereka berjoget mengikuti irama lagu. Hal ini mereka anggap sebagai ungkapan kebebasan. Dalam komunitas ini kekerasan tidaklah menjadi sesuatu yang anti sosial. Menurut mereka, mereka melakukan kekerasan biasanya karena mereka diganggu lebih dahulu. Namun mereka bukanlah sumber dari kekacauan.
Di Jakarta Komunitas Punk yang biasanya bermatapencaharian di bidang informal. Misalnya berjualan aksesoris perlengkapan pakaian punk, kaset-kaset punk (yang biasanya bajakan), dan usaha lainnya yang biasanya tidak jauh dari gaya hidup mereka. Tidak sedikit juga dari mereka yang menjadi polisi cepek di putaran-putaran jalan dan menjadi pengamen. Mereka dalam kehidupannya sebagaimana sudut pandang mereka yang anti kemapanan maka dalam hal mata pencaharian mereka tidak mencari untung yang sebesar-besarnya. Mereka mencari uang hanya untuk bertahan dan menikmati hidup serta untuk memenuhi kebutuhan kelompoknya.
Tidak jarang massa Punk menggelar aksi demonstrasi terhadap pemerintah. Mereka terkadang membawa nama suatu partai dalam aksi-aksinya dimana banyak massa Punk yang tergabung dalam partai politik tersebut. Punk juga mempunyai ideologinya sendiri tentang politik. Ideologi mereka dalam menyikapi proses politik adalah Anarki. Keanarkian ini dianggap sesuai dengan motto Do It Yourself yang mereka anut. Keanarkian ini yang dimaksud ialah tidak adanya pemerintahan.
Hal-hal seperti diataslah yang dapat menyebabkan suatu subkultur Punk dinilai sebagai suatu penyimpangan oleh masyarakat umum. Tidak hanya perorangannya namun juga kebudayaannya itu sendiri. Kebudayaan ini biasanya disosialisasikan ke anak-anak muda sekitar 12-18 tahun. Suatu bentuk kebudayaan yang menawarkan kebebasan dan anti kemapanan yang disosialisasikan kepada anak usia remaja akan sangat mungkin untuk diserap oleh remaja-remaja itu.
Anggota kebudayaan ini tidak selalu anak-anak muda. Tidak sedikit orang-orang dewasa yang mungkin sudah tidak bergaya hidup punk namun masih ber ideologi punk dan bersemangatkan sudut pandang Punk.
Dalam melihat sebuah kebudayaan kita harus melihatnya secara holistik dan dengan menghilangkan sikap etnosentris. Kebudayaan Punk juga harus dilihat dari sudut pandang mereka juga. Masing-masing kebudayaan mempunyai suatu nilai-nilainya sendiri. Walaupun Punk mempunyai kebudayaan yang berbeda dari masyarakat pada umumnya tetapi mereka tidak dapat dipisahkan sepenuhnya dari masyarakat umumnya. Karena itulah Budaya ini menjadi suatu subkultur dalam budaya urban industrialis.
Pengimitasian juga sangat mungkin terjadi dalam proses enkulturasi Punk karena adanya pengidolaan bintang-bintang musik Punk yang menjadi model bagi pengimitasi. Pengidolaan yang dialami remaja sangat mungkin menjadi sebuah proses enkulturasi dimana remaja yang masih labil disosialisasikan suatu bentuk budaya yang dapat diikutinya. Proses regenerasi budaya (enkulturasi) ini melalui pembelajaran yang bersifat imitasi dari kebudayaan pendahulunya. Pengenkulturasian ini tidak terlepas dari peran media yang mendorong terjadinya proses enkulturasi. Selain melalui musik, proses perambatan nilai juga terjadi melalui media lain misalnya media cetak. Sistem informasi mereka juga melalui suatu sistem yang mandiri. Mereka menerbitkan semacam media cetak dalam bentuk buletin atau majalah independen yang dibuat dengan biaya sendiri yang seadanya. Media cetak independen ini disebut Zine. Zine -diambil dari kata Magazine- sebenarnya tidak hanya ada di komunitas Punk namun juga komunitas minoritas lainnya misalnya komunitas sastra, homosexual atau hacker.
Bentuk-bentuk munculnya budaya punk dapat dilihat sebagai bentuk bricolage yang dilakukan oleh pemuda dalam menghadapi budaya yang sudah ada sebelumnya. Pemaknaan baru dari makna yang sudah ada sebelumnya terjadi dalam bentuk-bentuk fashion statement. Penggunaan peniti, kalung anjing, asesoris fetisisme dan berbagai bentuk lain juga menunjukkan pemaknaan baru dari berbagai hal yang sudah memiliki makna sebelumnya. Bentuk-bentuk inilah yang menjadikan punk sebagai sebuah sistem subkultur yang berbeda.
Kekerasan yang mereka lakukan kadang muncul sebagai pengaruh minuman keras. Minuman keras sudah tidak terlepas dari kehidupan mereka yang sebagian besar memang peminum minuman keras.
Kekerasan dalam komunitas mereka sendiri tidak jarang terjadi. Perkelahian antar anak Punk atau sekedar saling melakukan tindakan kekerasan ketika mereka berjoget didepan panggung sebuah acara musik punk. Kekerasan saat mereka menikmati musik ini seperti sudah menjadi sebuah ritual dalam komunitas punk. Saling memukul dan saling menendang bahkan bergulat bergulingan menjadi hal yang biasa saat mereka berjoget mengikuti irama lagu. Hal ini mereka anggap sebagai ungkapan kebebasan. Dalam komunitas ini kekerasan tidaklah menjadi sesuatu yang anti sosial. Menurut mereka, mereka melakukan kekerasan biasanya karena mereka diganggu lebih dahulu. Namun mereka bukanlah sumber dari kekacauan.
Di Jakarta Komunitas Punk yang biasanya bermatapencaharian di bidang informal. Misalnya berjualan aksesoris perlengkapan pakaian punk, kaset-kaset punk (yang biasanya bajakan), dan usaha lainnya yang biasanya tidak jauh dari gaya hidup mereka. Tidak sedikit juga dari mereka yang menjadi polisi cepek di putaran-putaran jalan dan menjadi pengamen. Mereka dalam kehidupannya sebagaimana sudut pandang mereka yang anti kemapanan maka dalam hal mata pencaharian mereka tidak mencari untung yang sebesar-besarnya. Mereka mencari uang hanya untuk bertahan dan menikmati hidup serta untuk memenuhi kebutuhan kelompoknya.
Tidak jarang massa Punk menggelar aksi demonstrasi terhadap pemerintah. Mereka terkadang membawa nama suatu partai dalam aksi-aksinya dimana banyak massa Punk yang tergabung dalam partai politik tersebut. Punk juga mempunyai ideologinya sendiri tentang politik. Ideologi mereka dalam menyikapi proses politik adalah Anarki. Keanarkian ini dianggap sesuai dengan motto Do It Yourself yang mereka anut. Keanarkian ini yang dimaksud ialah tidak adanya pemerintahan.
Hal-hal seperti diataslah yang dapat menyebabkan suatu subkultur Punk dinilai sebagai suatu penyimpangan oleh masyarakat umum. Tidak hanya perorangannya namun juga kebudayaannya itu sendiri. Kebudayaan ini biasanya disosialisasikan ke anak-anak muda sekitar 12-18 tahun. Suatu bentuk kebudayaan yang menawarkan kebebasan dan anti kemapanan yang disosialisasikan kepada anak usia remaja akan sangat mungkin untuk diserap oleh remaja-remaja itu.
Anggota kebudayaan ini tidak selalu anak-anak muda. Tidak sedikit orang-orang dewasa yang mungkin sudah tidak bergaya hidup punk namun masih ber ideologi punk dan bersemangatkan sudut pandang Punk.
Dalam melihat sebuah kebudayaan kita harus melihatnya secara holistik dan dengan menghilangkan sikap etnosentris. Kebudayaan Punk juga harus dilihat dari sudut pandang mereka juga. Masing-masing kebudayaan mempunyai suatu nilai-nilainya sendiri. Walaupun Punk mempunyai kebudayaan yang berbeda dari masyarakat pada umumnya tetapi mereka tidak dapat dipisahkan sepenuhnya dari masyarakat umumnya. Karena itulah Budaya ini menjadi suatu subkultur dalam budaya urban industrialis.
Pengimitasian juga sangat mungkin terjadi dalam proses enkulturasi Punk karena adanya pengidolaan bintang-bintang musik Punk yang menjadi model bagi pengimitasi. Pengidolaan yang dialami remaja sangat mungkin menjadi sebuah proses enkulturasi dimana remaja yang masih labil disosialisasikan suatu bentuk budaya yang dapat diikutinya. Proses regenerasi budaya (enkulturasi) ini melalui pembelajaran yang bersifat imitasi dari kebudayaan pendahulunya. Pengenkulturasian ini tidak terlepas dari peran media yang mendorong terjadinya proses enkulturasi. Selain melalui musik, proses perambatan nilai juga terjadi melalui media lain misalnya media cetak. Sistem informasi mereka juga melalui suatu sistem yang mandiri. Mereka menerbitkan semacam media cetak dalam bentuk buletin atau majalah independen yang dibuat dengan biaya sendiri yang seadanya. Media cetak independen ini disebut Zine. Zine -diambil dari kata Magazine- sebenarnya tidak hanya ada di komunitas Punk namun juga komunitas minoritas lainnya misalnya komunitas sastra, homosexual atau hacker.
Bentuk-bentuk munculnya budaya punk dapat dilihat sebagai bentuk bricolage yang dilakukan oleh pemuda dalam menghadapi budaya yang sudah ada sebelumnya. Pemaknaan baru dari makna yang sudah ada sebelumnya terjadi dalam bentuk-bentuk fashion statement. Penggunaan peniti, kalung anjing, asesoris fetisisme dan berbagai bentuk lain juga menunjukkan pemaknaan baru dari berbagai hal yang sudah memiliki makna sebelumnya. Bentuk-bentuk inilah yang menjadikan punk sebagai sebuah sistem subkultur yang berbeda.
Re-definisi Punk
‘Anak punk’. Begitulah biasanya orang menyebut para peminat punk (dalam segala definisinya tentang apa itu ‘punk’).Beberapa waktu lalu, bukan hanya di Indonesia, dunia internasional sampe ikut-ikutan mengekspos tentang fenomena penangkapan 65 anak punk di Aceh, menggundulinya, dan merehabilitasi mereka. Fenomena ini jika kita lihat dalam worldview Islam sungguh merupakan fenomena yang menyedihkan. Mengapa begitu?
Sejak dulu,
fenomena punk di Indonesia selalu dihadapkan dengan masalah bahwa anak-anak
punk tidak lebih dari sekedar sampah masyarakat. Mereka dianggap tidak lebih
dari kumpulan remaja yang memiliki latar belakang keluarga yang “broken home”
lalu menjadikan gaya hidup tersebut sebagai semacam ‘pelarian’. Kata “punk”
yang dalam kamus berarti “berandalan”, akhirnya memang tidak lebih dari sekedar
anak-anak yang tidak mau di atur dan tidak memiliki masa depan yang jelas. “No
future!”, begitu kata beberapa teman saya dulu.
Punk di
Indonesia memang muncul dari beberapa kelas sosial di masyarakat. Dari kelas
bawah, dia benar-benar berwujud anak-anak jalanan yang hidup dipinggir jalan,
tidur di trotoar, nongkrong di pom bensin, tidak pernah mencicipi mandi apalagi
gosok gigi. Kerjaan sehari-hari mereka biasanya mengamen, jualan koran, atau
aktivitas lain yang bisa menghasilkan uang recehan di setiap persimpangan
traffic light. Mereka (anak punk-red) yang di kelas sosial ini adalah orang
yang sangat miskin hidupnya. Jika hari itu tidak mengamen, maka hari itu pula
mereka tidak makan. Selain itu, kehidupan mereka juga sangat dekat dengan
peluang-peluang melakukan kriminalitas dijalanan, alkohol, rokok dan mabuk
dengan menghirup lem. Anak-anak punk yang seperti inilah yang akhirnya bernasib
seperti fenomena di Aceh yang dibahas di atas.
Untuk
anak-anak punk kelas ini, saya pernah melihat dengan mata kepala sendiri
bagaimana kehidupan mereka. Dahulu ketika 14 tahun yang lalu, maupun beberapa
bulan lalu saya diajak seorang aktivis dakwah yang ingin menunjukkan sasaran
dakwahnya di sebuah pom bensin di salah satu perempatan jalan kota Bandung
tetap sama kondisinya. Tidak berubah. Punk dari kelas sosial bawah masih
seperti itu fenomenanya.
Dari kelas
menengah, biasanya muncul dari sekumpulan anak-anak sekolah menengah yang
berawal dari ketertarikannya terhadap musik punk. Entah berawal setelah
mendengarkan radio, video klip di tivi, atau bisa juga setelah menonton konser
rock yang orang bilang “ini mah namanya musik punk, dik..”. Akhirnya setelah
itu mereka tiba-tiba jadi penggemar fanatis. Punk dari kelas menegah ini jelas
bukan dari latar belakang ekonomi yang sangat kekurangan. Mereka dari keluarga
yang kecukupan. Dan umumnya tidak terlalu ada masalah dengan kondisi
keluarganya. Justru biasanya, setelah mengenal punk jadi malah menimbulkan
masalah baru. Mereka mulai ikut-ikutan meniru para idola barunya. Mulai tidak
mau diatur sama orang tuanya. Dalam hatinya ada gengsi. “Masa anak punk kok
taat sama orang tua?”, gitu dalam benaknya kali. Akhirnya suka membantah sama
orang tuanya. Berbuat semaunya. Apalagi orang tuanya mulai shock, heran,
bercampur sedih ketika tiba-tiba melihat rambut anaknya dipotong mohawk, di cat
warna-warni, pake anting, piercing, hidung dan bibirnya dicoblos sana-sini.
Mungkin biar mirip Tim Armstrong (vokalis Rancid), tapi hal itu tidak mungkin
dijelaskan kepada orang tua karena jelas mereka tidak akan nyambung. Akhirnya
masalah baru malah timbul. Padahal sebelumnya serasa tidak ada masalah apa-apa
dengan keluarga.
Terakhir,
dari kelas atas, punk biasanya muncul dari problematika anak yang kurang
mendapatkan perhatian secara psikologis dari orang tua. Orang tua lebih
dianggap sang anak sebagai orang yang mengekang, diktator, bahkan musuh bagi
sang anak dalam memilih jalan hidupnya. Tidak ada keterbukaan diantara kedua
belah pihak sehingga, sang anak mencari ‘pelarian-pelarian ‘ yang memungkinkan
bisa memuaskan bagi hatinya. Kehidupan ekonominya tidak diragukan lagi. Jika
mereka punya band-band punk, sudah bisa dipastikan secara fasilitas akan lebih
mudah terpenuhi ketimbang anak-anak punk kelas menengah, apalagi kelas bawah
yang mungkin belum pernah merasakan menyentuh uang ratusan ribu. Mereka yang
dari kelas atas inilah biasanya yang memiliki band-band terkenal yang ‘menang’
dari segi ekonomi, skill, dan akses terhadap link-link record label, maupun
distribusi rilisan rekaman mereka. Secara ekonomi mereka mampu membeli gitar
Gibson, effect gitar yang canggih, kemana-mana naik sedan yang mulus, atau
nongkrong di kafe-kafe mahal. Band-band mereka biasanya lebih mainstream
ketimbang band-band punk kelas menengah. Akses mereka terhadap alkohol, rokok,
narkotik maupun free sex juga lebih besar. Ketika memiliki pemikiran-pemikiran
yang menyimpang (menurut worldview Islam) akan lebih berbahaya ketimbang
lainnya dikarenakan mereka memiliki akses terhadap media dan kekuatan pengaruh
mereka sangat tinggi. Sama halnya dengan kasus Arian13, vokalis band Seringai
yang sengaja mengobarkan perang dengan para pejuang dakwah Islam yang berusaha
membendung arus pornografi di Indonesia. Ribuan orang fans Seringai, termasuk
mereka yang jelas mayoritas muslim, spontan ikut bertepuk tangan mengamini
hinaan yang Arian13 lakukan kepada syariat Islam.
Namun dari
sekian banyak fenomena punk di Indonesia yang berasal dari berbagai kelas
sosial tetap saja bisa diambil benang merahnya, bahwa mereka tidak pernah lepas
dari label “no future” dimata masyarakat. Meskipun beberapa dari gerakan punk
kelas menengah memilih untuk lebih menitik beratkan pada aspek ideologis,
seperti pemikiran anarkisme, tetap saja hal itu tidak mampu merubah citra
negatif mereka di masyarakat. Mereka lebih dikenal sebagai sesuatu yang
negatif, ketimbang positifnya. Kembali lagi, ambil saja contoh kasus
penangkapan anak-anak punk di Aceh lagi. Mereka disana ditangkap ketika sedang
menghadiri event konser musik punk yang ber-title “Aceh For The Punk, Parade
Music dan Penggalangan Dana Untuk Panti Asuhan”. Dari tema acaranya saja,
mereka seperti menunjukkan bahwa punk juga peduli masalah sosial. Padahal
ironisnya, justru merekalah yang dianggap masalah sosial tersebut.
Punk, ketika awal munculnya merupakan bentuk pemberontakan terhadap penguasa tiran. Gerakan ini muncul karena bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan yang dilakukan terhadap penguasa terhadap rakyat. Sampai-sampai slogan yang cukup populer di kalangan punk berbunyi “making punk a threat again!”. Ini untuk mengembalikan punk kepada semangat awal mula punk itu dilahirkan. Memang tidak bisa dipungkiri, negara-negara Barat ketika itu adalah negara yang sangat berorientasi kapital. Tidak peduli dengan nasib masyarakat. Negara menjadi penghisap kesejahteraan rakyatnya sendiri. Oleh karena itu sudah menjadi hal yang relevan jika ada gerakan yang menentangnya. Namun, dalam pandangan Islam, saya sebagai penulis melihat fenomena ini tidak akan mungkin muncul jika penguasa ketika itu mampu memberikan yang terbaik untuk rakyat. Pemimpinnya adil. Masyarakat sejahtera dan makmur. Dilindungi hak-haknya. Serta ‘dilayani’ dengan baik oleh para pemimpinnya. Karena dalam Islam, tanggungjawab pemimpin itu luar biasa besarnya. Akan menjadi dosa besar jika perut pemimpin bisa kekenyangan sedangkan rakyatnya banyak yang kelaparan. Dalam konsep kenegaraan dan kepemimpinan dalam Islam, dan dibuktikan keberhasilannya melalui sejarah Rasulullah Saw dan beberapa khalifah sesudahnya, benar-benar sistem Islam mampu menjadi solusi bagi ketidakadilan sistem-sistem yang lain (ciptaan manusia), seperti demokrasi, monarki, dan lain sebagainya. Islam sebagai agama yang komprehensif sudah seharusnya mampu menjadi solusi bagi segala bentuk permasalahan sosial.
Maka dari itu, jika permasalahannya adalah image punk di masyarakat dianggap negatif, maka sudah seharusnya ada re-definisi ‘punk’ yang tidak keluar dari koridor prinsip-prinsip dasar Islam. Perlu adanya gerakan punk yang baru. Sebuah gerakan yang sedikit berbeda dengan filosofi bagaimana punk dilahirkan. Jika punk dulu muncul karena perlawanan terhadap tirani, maka punk kali ini masih tetap pejuang-pejuang melawan tirani, namun dilandasi batasan-batasan yang Islami. Akan muncul saatnya kita harus melawan pemerintah, ketika pemerintah mengajak rakyatnya menuju kekufuran, menyekutukan Allah Swt, atau bahkan keluar dari Islam. Disaat seperti inilah gerakan ‘new’ punk ini bergerak, muncul dipermukaan untuk jihad fii sabilillah melawan penguasa kafir dan zalim (taghut-red). ‘New’ punk ini masih tetap akan menjadi ancaman, sebagaimana slogan populer mereka dulu:“making punk a threat again!”. Namun ancaman yang dimaksud disini adalah ancaman bagi ketidakadilan, ancaman bagi penindasan, ancaman bagi kemaksiatan, ancaman bagi kejahatan, yang semuanya itu dilihat dalam kacamata (worldview) Islam. Waktu-waktu luang mereka diisi dengan memperbaiki diri melalui beribadah dan terus belajar. Keilmuan menjadi tradisi yang mampu membuat mereka berprestasi dimasyarakat, sehingga mampu memberikan citra positif kepada publik.
Punk, ketika awal munculnya merupakan bentuk pemberontakan terhadap penguasa tiran. Gerakan ini muncul karena bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan yang dilakukan terhadap penguasa terhadap rakyat. Sampai-sampai slogan yang cukup populer di kalangan punk berbunyi “making punk a threat again!”. Ini untuk mengembalikan punk kepada semangat awal mula punk itu dilahirkan. Memang tidak bisa dipungkiri, negara-negara Barat ketika itu adalah negara yang sangat berorientasi kapital. Tidak peduli dengan nasib masyarakat. Negara menjadi penghisap kesejahteraan rakyatnya sendiri. Oleh karena itu sudah menjadi hal yang relevan jika ada gerakan yang menentangnya. Namun, dalam pandangan Islam, saya sebagai penulis melihat fenomena ini tidak akan mungkin muncul jika penguasa ketika itu mampu memberikan yang terbaik untuk rakyat. Pemimpinnya adil. Masyarakat sejahtera dan makmur. Dilindungi hak-haknya. Serta ‘dilayani’ dengan baik oleh para pemimpinnya. Karena dalam Islam, tanggungjawab pemimpin itu luar biasa besarnya. Akan menjadi dosa besar jika perut pemimpin bisa kekenyangan sedangkan rakyatnya banyak yang kelaparan. Dalam konsep kenegaraan dan kepemimpinan dalam Islam, dan dibuktikan keberhasilannya melalui sejarah Rasulullah Saw dan beberapa khalifah sesudahnya, benar-benar sistem Islam mampu menjadi solusi bagi ketidakadilan sistem-sistem yang lain (ciptaan manusia), seperti demokrasi, monarki, dan lain sebagainya. Islam sebagai agama yang komprehensif sudah seharusnya mampu menjadi solusi bagi segala bentuk permasalahan sosial.
Maka dari itu, jika permasalahannya adalah image punk di masyarakat dianggap negatif, maka sudah seharusnya ada re-definisi ‘punk’ yang tidak keluar dari koridor prinsip-prinsip dasar Islam. Perlu adanya gerakan punk yang baru. Sebuah gerakan yang sedikit berbeda dengan filosofi bagaimana punk dilahirkan. Jika punk dulu muncul karena perlawanan terhadap tirani, maka punk kali ini masih tetap pejuang-pejuang melawan tirani, namun dilandasi batasan-batasan yang Islami. Akan muncul saatnya kita harus melawan pemerintah, ketika pemerintah mengajak rakyatnya menuju kekufuran, menyekutukan Allah Swt, atau bahkan keluar dari Islam. Disaat seperti inilah gerakan ‘new’ punk ini bergerak, muncul dipermukaan untuk jihad fii sabilillah melawan penguasa kafir dan zalim (taghut-red). ‘New’ punk ini masih tetap akan menjadi ancaman, sebagaimana slogan populer mereka dulu:“making punk a threat again!”. Namun ancaman yang dimaksud disini adalah ancaman bagi ketidakadilan, ancaman bagi penindasan, ancaman bagi kemaksiatan, ancaman bagi kejahatan, yang semuanya itu dilihat dalam kacamata (worldview) Islam. Waktu-waktu luang mereka diisi dengan memperbaiki diri melalui beribadah dan terus belajar. Keilmuan menjadi tradisi yang mampu membuat mereka berprestasi dimasyarakat, sehingga mampu memberikan citra positif kepada publik.
Oleh
karenanya, mungkin suatu hari bisa saja terjadi, anak-anak punk yang masih
kekeh dengan prinsip mereka terdahulu berdampingan dengan anak-anak “new punks”
untuk melawan ‘objek’ yang sama. Namun yang berbeda hanya niatnya dan bagaimana
mereka memandang permasalahan yang dihadapinya. Seperti misalnya melawan
penindasan Israel terhadap Palestina. Yang satu berjuang demi kemanusiaan, hak
asasi, ekonomi, prinsip hidup, dan hal-hal yang sebatas duniawi lainnya.
Sedangkan yang satu lagi, memperjuangkan itu semua demi mencari keridhoan Allah
Swt. Berjuang karena hal itu memang diperintah oleh Allah Swt. Bukan sekedar
gaya hidup. Bukan sekedar tujuan duniawi semata yang pendek dan fana. Tapi
tujuan akhirat yang jauh lebih indah dari itu semua. Yang itu semua mereka
yakini sebagai janji yang tidak mungkin diingkari oleh Rabb semesta alam.
Wallahu a’lam.
Wallahu a’lam.
Share this:
Like this:
Be the first
to like this post.
Filed under:
Kolom Aik
5 Responses
- MARCO says:
permisi salam kenal mas
ini hanya sekadar sharing lho ya bukan untuk perdebatan yang tiada habisnya…hehhhehhhehhehe sebelumnya saya ingin menanyakan apakah anda ingin mengkombinasikan dua ideologi??
karena dari yang saya baca atas tulisan2 menarik di atas dan juga beberapa tulisan lainnya anda ingin menggabungkan antara punk dengan agama yang anda anut…
jika saya boleh berbicara sedikit tentang tulisan anda
adalah menurut saya dua ideologi tersebut tidak bisa disamakan karena dua ideologi itu memang berbeda maksud saya jika punk adalah ideologi yang ada karena ketidak puasan terhadap sistem yang ada pada saat punk itu sendiri lahir,dan sedangkan islam adalah sebuah ideologi yang lahir dari jaman punk itu ada makna dan tujuan dua ideologi itupun sudah berbeda punk ada di tujukan kepada semua golongan tanpa memandang agama,kasta,kepada semua pokoknya..hehehehehe dan punk lebih kepada sebuah pergerakan..yang dilakukan oleh semua kalangan tanpa memakai embel2 agama atau yang lainnya untuk tujuan kehidupan yang lebih baik menurut hemat orang2 tersebut selama hidup didunia…
dan jika pada agama adalah sebuah keyakinan untuk kehidupann setelah kita hidup di dunia…jadi punk adlah punk agama adalah agama.jika anda ingin menggabungkan keduanya tidak akan bisa…karena punk tidak ada dalam ajaran agama sedangkan punk juga tidak memasukkan unsur agama dalam ideologinya……
jika anda seorang muslim tetapi juga seorang punks maka bejalanlah diantara keduanya maksudnya jika kamu berbicara tentang punk jangan membawa 2nama agama,namun jika berbicara tentang agama maka jangan membawa2 nama punk karena setahu saya hal semacam punk juga tidak pernah diajarkan dalam agama…atsu mungkin anda ingin menjadi penemu sub cultur baru??punk muslim barang kali??hehehehehe
sekian dari saya apabila ada yang kurang berkenan saya mohon maaf……MARCO
ini hanya sekadar sharing lho ya bukan untuk perdebatan yang tiada habisnya…hehhhehhhehhehe sebelumnya saya ingin menanyakan apakah anda ingin mengkombinasikan dua ideologi??
karena dari yang saya baca atas tulisan2 menarik di atas dan juga beberapa tulisan lainnya anda ingin menggabungkan antara punk dengan agama yang anda anut…
jika saya boleh berbicara sedikit tentang tulisan anda
adalah menurut saya dua ideologi tersebut tidak bisa disamakan karena dua ideologi itu memang berbeda maksud saya jika punk adalah ideologi yang ada karena ketidak puasan terhadap sistem yang ada pada saat punk itu sendiri lahir,dan sedangkan islam adalah sebuah ideologi yang lahir dari jaman punk itu ada makna dan tujuan dua ideologi itupun sudah berbeda punk ada di tujukan kepada semua golongan tanpa memandang agama,kasta,kepada semua pokoknya..hehehehehe dan punk lebih kepada sebuah pergerakan..yang dilakukan oleh semua kalangan tanpa memakai embel2 agama atau yang lainnya untuk tujuan kehidupan yang lebih baik menurut hemat orang2 tersebut selama hidup didunia…
dan jika pada agama adalah sebuah keyakinan untuk kehidupann setelah kita hidup di dunia…jadi punk adlah punk agama adalah agama.jika anda ingin menggabungkan keduanya tidak akan bisa…karena punk tidak ada dalam ajaran agama sedangkan punk juga tidak memasukkan unsur agama dalam ideologinya……
jika anda seorang muslim tetapi juga seorang punks maka bejalanlah diantara keduanya maksudnya jika kamu berbicara tentang punk jangan membawa 2nama agama,namun jika berbicara tentang agama maka jangan membawa2 nama punk karena setahu saya hal semacam punk juga tidak pernah diajarkan dalam agama…atsu mungkin anda ingin menjadi penemu sub cultur baru??punk muslim barang kali??hehehehehe
sekian dari saya apabila ada yang kurang berkenan saya mohon maaf……MARCO
- subchaoszine says:
salam kenal juga
mohon maaf, saya baru aja update blog ini. bukan malas membahas.
dan mohon maaf juga, kalau anda tidak setuju dengan mengkombinasikan 2 hal antara punk dan Islam maka sah-sah saja buat saya. kalau saya mau buat definisi sendiri untuk punk maka ya terserah saya juga. Tidak ada pakem untuk mendefinisikan punk didunia ini. kalo ada yang risih dengan definisi yang saya buat, maka anggap saja definisi ini hanya saya secara personal. atau ada yang mau mendefinisikan lain lagi?
mohon maaf, saya baru aja update blog ini. bukan malas membahas.
dan mohon maaf juga, kalau anda tidak setuju dengan mengkombinasikan 2 hal antara punk dan Islam maka sah-sah saja buat saya. kalau saya mau buat definisi sendiri untuk punk maka ya terserah saya juga. Tidak ada pakem untuk mendefinisikan punk didunia ini. kalo ada yang risih dengan definisi yang saya buat, maka anggap saja definisi ini hanya saya secara personal. atau ada yang mau mendefinisikan lain lagi?
jika anda berpikir bahwa punk tidak diajarkan dalam
Islam, maka sebenarnya nge-band model apapun juga gak diajarkan dalam Islam
kok. Maka dalam pembahasan tentang hal ini ada di bab tersendiri. bukan disini.
Punk menurut saya adalah tools. untuk menyampaikan apa
yang saya pikirkan. itu aja. gak lebih dari itu. anda gak setuju? monggo
saja…bebas
sub culture baru? hmm…gak tertarik deh.. hehehe
sub culture baru? hmm…gak tertarik deh.. hehehe
but, saya tetap makasih atas kritiknya. saya akan
jadikan masukan aja. tidak akan mengubah pandangan saya sedikitpun.
- MARCO says:
waduh rupanya anda malas membahas tulisan yang saya
tulis kemarin….malah sekarang di hapus berarti anda itu kuraang berani dan
mempertanggung jawabkan apa yang anda tulis….sungguh disayangkan….
- subchaoszine says:
udah dibalesin tuh mas bro…
- minke says:
Sebenarnya ada beberapa hal yang sama antara punk dan
islam, karena baik punk maupun islam cenderung mengedepankan pengendalian diri,
self control terhadap diri terhadap lingkungan sosial, Punk menurut saya tidak
pernah lepas dari ide dan ajaran anarkis yang apabila di peras mempunyai
intisari yakni self control, semangat kolektifitas dan Do It Yourselfnya,
begitupula dengan islam, islam selalu mengajarkan ritme hidup yang didasari
dengan ketakwaan (self control) agar tidak melanggar syariat yang ditentukan
oleh Allah Swt, dan juga islam mengajarkan kita untuk hidup saling mengisi
dalam aspek sosial yang kaya mengangkat derajat yang miskin dan seterusnya (
menurut saya satu-satunya agama yang mengajarkan hidup secara kolektif adalah
islam). dalam islam juga tidak pernah mengajarkan kita untuk tunduk terhadap
sang tiran, saya juga sependapat bahwa punk hanya sebuah tools untuk menggapai
apa yang kita yakini bahwa kesadaran kolektifitas anti otoritarian yang agamis
revolusioner
Jan 8, '10
9:31 AM
untuk semuanya |
Punk sebagai subkultur muncul pada pertengahan tahun 1970-an di Inggris dan
Amerika dengan menyatakan dirinya melalui dandanan pakaian dan rambut yang
berbeda. Orang-orang pada komunitas subkultur Punk menyatakan diri sebagai
golongan yang anti fesyen, dengan semangat etos kerja “do-it-yourself”
(D.I.Y) yang tinggi.
Subkultur Punk lahir sebagai salah satu jawaban dari produk kapitalisme,
terutama menentang kebijakan pemeintahan yang berkuasa dan merugikan rakyat.
Inggris yang merupakan tempat kelahiran komunitas Punk, mengalami
industrialisasi yang pesat dalam segala bidang. Dari situ juga timbul berbagai
masalah sosial, seperti pengangguran, kemiskinan, lapangan pekerjaan yang tidak
tersedia. Melihat keadaan sosial demikian, Punk lahir sebagai respon dalam
menentang kebijakan pemerintahan yang merugikan rakyatnya lewat lagu dan
demonstrasi-demonstrasi yang diorganisir oleh Liga Spartakis, misalnya, atau
tergabung dalam grup-grup Marxis, Leninis, Trotskys, dan lainnya.
Ritual-ritual yang tampak dari subkultur Punk seperti fesyen, musik, atau
bahasa, dilihat sebagai usaha untuk memenangkan ruang kultural dalam kebudayaan
dominan.
Punk sebagai Musik Perlawanan
Jalur musik sebagai salah satu ruang dalam melawan kebudayaan global,
ditandai dengan munculnya band-band yang mengusung nilai-nilai humanisme lewat
permainan distorsi gitar yang keras, cepat, dan lirik pendek, yang isinya
mengenai protes sosial. Musik Punk merupakan salah satu bentuk musik
perlawanan, dan evolusi dari musik rock n roll. Band-band Punk pelopor seperti
The Ramones, Sex Pistol, The Clash, dan lain-lain, tidak lepas dari nuansa rock
n roll tersebut. Jika ditinjau dari segi ideologinya, dimana Punk lahir dari
ketertindasan oleh ketidakadilan sosial baik dalam bidang ekonomi maupun
politik, tidak heran bila dalam lagunya, musik Punk selalu mencerminkan sikap
protes kesenjangan sosial.
Fenomena sikap protes sosial melalui jalur musik ini dapat dilihat dari
band-band Punk terkemuka di era sekarang semacam Ataris, Bad Religion, Green
Day, Good Charlotte, Sum 41, Blink 182, Foo Fighters, Rancid, NOFX, dan
lain-lain yang masih terus berjalan berbekal dari latar belakang kelahirannya
dan juga pengaruh dari band-band Punk sebelumnya. Contoh pada video musik Sum
41 dengan judul lagu Pieces, menceritakan bagian-bagian perjalanan kehidupan
orang-orang di kota besar yang terkesan hedonis. Dalam hal ekonomi mereka serba
mencukupi kebutuhannya dan lebih banyak waktu luang untuk pemuasan kepentingan
pribadi, semua terkesan teratur dan sempurna, tetapi keadaan yang dikatakan
sempurna dalam hidup mereka hanya merupakan suatu drama kehidupan, kesempurnaan
hidup yang palsu. Video musik ini mempertanyakan kembali dari sudut pandang
yang mana hakikat hidup ini dapat dinilai sebagai suatu kehidupan yang sempurna
(perfect life).
Keberadaan band-band Punk masa kini seperti yang dituliskan sebelumnya,
terbukti mampu membentuk komunitas Punk skala global dalam menyatukan suara
perlawanan kedalam bentuk sebuah situs terkemuka seperti http://www.punkvoter.com/
yang sudah mengglobal. Kehadiran situs ini sebagai sarana komunikasi cyber bagi
komunitas Punk global dalam memperkenalkan nilai-nilai dan budaya mereka dalam
menyikapi dominasi budaya mainstream yang kurang humanis.
Semua yang diperlihatkan subkultur Punk lewat gaya hidup, dari gaya
pakaian, model rambut, serta asesoris lainnya bukan hanya dinilai sebagai
sebuah penampilan, melainkan suatu demonstrasi ideologi.
Percaya atau tidak, menjadi ibu adalah sunatullah perempuan. Sebuah fase
kehidupan yangmengalir indah, tanpa beban, dan nampak mudah dilakoni oleh semua
perempuan. Ibu menjadimadrasah pertama bagi anak-anaknya dan bertanggung jawab
mendidik anaknya agar taat
kepada
Allah. Jika sejak dini para “Ibu” siap menjadi ibu ideal, maka anak yang
berkepribadian
baik dan bertaqwa dapat diwujudkan. Sebaliknya, jika ibu lebih memuja paham
hedonisme,sehingga para ibu lebih memilih bekerja di luar demi meraih uang
sebanyak-banyaknya danmenyerahkan pengasuhan anak pada baby sitter, maka
bersiaplah melihat kehancuran keluarga.Pada akhirnya hanya kasih sayang,
perhatian, dan kesabaran yang luar biasa dari seorang ibuyang mampu membentuk
pribadi yang baik bagi anak-anaknya. Seorang ibu harus bisa
menciptakan
“baiti jannati” untuk keluarganya, sehingga terbentuklah keluarga sakinah,
mawaddah wa rahmah
Baju Koko, Hati Tetap Punk
Baju
Koko, Hati Tetap Punk
Oleh: Irawati
Alumni DIII Manajemen Informatika
Unsyiah
Olahraga ke Blang padang menjadi rutinitas akhir
pekan bagi sebagian orang, termasuk saya.Tidak lengkap rasanya jika rutinitas
ini tidak dilanjutkan dengan menyantap beberapa kuliner yang dijual di
sepanjang jalan.Lagi asyik-asyiknya menyantap jajanan, tiba-tiba, jreng..jreng…
suara gitar membuat kami berhenti sejenak menyantap jajanan. Dan opss, saya
sedikit kaget melihat si pemilik gitar bersama beberapa kawannya.Ternyata
mereka adalah anak-anak punk yang ngamen.
Takut, itulah kesan pertama kala melihat anak punk
dari dekat.Mungkin karena penampilan mereka yang sedikit urak-urakan. Dengan
rambut mohawk, memakai
anting, celana robek dimana-mana dan baju yang nyentrik. Ternyata bukan hanya
kami yang melongo melihat mereka.Anak punk ini cukup menyedot perhatian para
penyantap jajanan.Merasa kami kurang respect terhadap mereka, mereka pergi
berlalu mengunjungi para penyantap jajanan yang lain. Diluar dari sisi style
pakaian mereka yang membuat orang takut, mereka hanyalah anak remaja biasa yang
penampilannya diluar kebiasaan anak remaja yang lain. Namun, acapkali
penampilan mereka saja sudah membuat orang takut tanpa mereka sengaja menakuti
orang.Tapi yang namanya masyarakat Aceh yang dipandang agamis,
tentu saja menganggap ini sebuah hal yang kurang bisa diterima dalam ruang
lingkup kehidupan negeri bersyariat ini. Terutama penampilan
mereka.Padahalprilaku mereka tak seburuk penampilannya.Namun tak dipungkiri
juga sebagian dari mereka juga memiliki prilaku yang negatif.Entah itu memakai
narkoba, merusak fasilitas umum, atau mengganggu keamanan lingkungan.Jadi wajar
saja jika kebanyakan orang yang kontra terhadap anak punk ini.
Mengenal
anak punk
Punk adalah kelompok yang menentang
multi-nasionalisme dimana orang suka mengeksploitasi sesuatu, polusi dan
penderitaan sesamanya. Punk berfikir sebagai gerakan perubahan social yang
berjuang hanya untuk kehidupan yang merdeka, selaras dan untuk sebuah
alternatif gaya hidup, merdeka, tanpa Negara, tanpa bendera, tanpa panji-panji
dan tanpa batas. Do it by yourself adalah prinsip kelompok ini.
Kandungan kalimat ini adalah paham anarki, karena menurut mereka anarki adalah
suatu paham ideal yang hampir semuanya terkait tentang pemberontakan menuju
persamaan (derajat, jenis kelamin), kemanusiaan, feminisme yang menghormati segala
bentuk kehidupan ini. (anneahira.com). Namun paham anarkis ini tidak sepenuhnya
diartikan seperti itu oleh masyarakat.Masyarakat lebih menganggap paham anarkis
adalah paham yang melakukan pemberontakan kearah yang negatif, sehingga
mengganggu keamanan.
Punk, istilah yang tidak asing lagi di telinga
masyarakat Aceh.Apalagi pasca penangkapan anak punk sejumlah 65 orang, punk
menjadi hot topik untuk diperbincangkan. Pro dan kontra tentu saja muncul dalam
masalah ini.Sebagian orang menganggap penangkapan ini melanggar hukum dan hak
asasi manusia.Karena mungkin tidak ada pelanggaran hukum yang dilakukan oleh
mereka. Mereka dipaksa digunduli dan “dibina” diluar kemauan mereka,
dipermalukan di depan public, tidak diizinkan menghubungi keluarganya, tidak
mendapatkan pembelaan hukum, selain itu mereka dibatasi kebebasannya dalam
berekspresi dan berkumpul sehingga timbul diskriminasi kelompok social.Tak
heran jika berbagai aksi solidaritas terus mengalir dari berbagai penjuru untuk
mengecam aksi penangkapan ini, tidak hanya dari dalam negeri, bahkan dari luar
negeri. Contohnya saja sekelompok anak punk di Moskow, Rusia melakukan aksi
solidaritasnya dengan mencoret-coret pagar kantor kedutaan besar Republic
Indonesia di Moskow dengan tulisan “punk is not crime”.Seperti yang dilansir di
media ru.indymedia.org, para punk Moskow ini merasa tersinggung oleh tindakan
polisi syariah Aceh yang menangkap 65 anak punk di Banda Aceh.Kontraversi
penangkapan punk Aceh ini terus mendapatkan ocehan, ada yang mengganggap ini
hanya tindakan yang tidak perlu.Kenapa tidak para koruptor saja yang di
tangkap, para pelanggar syariat, atau para pengganggu keamanan?
Pro
dan kontra
Bagi yang pro terhadap penangkapan ini, menganganggap ini adalah
suatu tindakan yang benar.Tidak ada pelanggaran HAM yang dilakukan pada saat
pembinaan di SPN Seulawah.Karena yang mereka lakukan adalah mengembalikan jati
diri anak punk ke jalan yang benar, sesuai dengan ajaran agama.Pembinaan yang
ditujukan kepada punker ini hanyalah semata-mata untuk kebaikan mereka.
Seperti yang di lansir dari harian-Aceh.com “Orang
asing banyak menyalahkan tindakan Kapolda Aceh. Tapi tidak demikian dengan
kalangan terkemuka di Aceh. Wakil Walikota Banda Aceh sendiri mengatakan: “Di
Aceh tidak boleh ada komunitas anak punk, apalagi masyarakat kota Banda Aceh
berkomitmen menjalankan hukum syariat Islam dalam kehidupannya sehari-hari.”
Kalangan ulama Aceh juga mengapresiasi cara
aparat Polda setempat“memperlakukan” punk di SPN Seulawah. “Kami berterima
kasih kepada Kapolda Aceh Irjen (Pol) Iskandar Hasan dan jajarannya yang telah
mengembalikan anak punk ke jalan hidup sebenarnya sesuai anjuran agama,” kata
Sekjen Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk Faisal Aly.Di lain sisi, Faisal Ali
menyesalkan sikap sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) terutama yang
berafiliasi dengan hak asasi manusia (HAM) yang menyoroti seolah-olah tindakan
Polri dalam membina anak punk melanggar HAM.
“Tidak ada pelanggaran HAM oleh polisi.
Apakah cara polisi yang melakukan pembinaan kembali setiap individu yang salah
dianggap melanggar HAM. Jika ada yang beranggapan begitu maka kami menyesalkan
LSM HAM tersebut,” kata dia.
Begitu pula Ketua Majelis Permusyawaratan
Ulama (MPU) Aceh, Prof Tgk H Muslim Ibrahim, juga mendukung langkah Kapolda
Aceh dan Pemkot dalam meenangani anak punk, serta penegakan syariat Islam.
“Langkah Pak Kapolda sudah pada jalur. Kami
sangat mendukung, sehingga citra syariat Islam di Aceh tidak dikotori oleh
hal-hal yang menyimpang,” ujar Tgk Muslim Ibrahim pada media.Pembinaan oleh polisi
di SPN Seulawah cukup baik, katanya.Apalagi mengajak anak-anak punk untuk
shalat berjamaah.Dia meminta pihak-pihak yang tidak mengetahui karakter Aceh,
tak perlu berkoar-koar bahwa pembinaan yang dilakukan polisi sudah melanggar
HAM.
“Anak-anak punk itu bukan jati dirinya
sendiri, tapi sudah dirasuki oleh pengaruh lain yang menyimpang dari ajaran
Islam. Kewajiban semua pihak menyadarkan mereka serta mengajak mereka kembali
pada jalan syariat,” katanya.
Ketua MPU Banda Aceh, Karim Syaikh MA juga
berpendapat sama: tindakan Kapolda dalam penegakan syariat Islam sangat cocok
dengan karakter Aceh. Dia mengatakan, tidak ada persoalan HAM dalam penanganan
anak-anak punk dan penegakan syariat Islam di Aceh.
Kalangan intelektual juga menyatakan
pro.Pengurus Daerah Pelajar Islam Indonesia (PII) Banda Aceh mendukung
kebijakan Kapolda dan Pemkot Banda Aceh yang melembina mental dan rohani
terhadap 65 anak punk di SPN.“Tindakan yang dilakukan Kapolda dan Pemerintah
Kota Banda Aceh sudah tepat dan harus didukung. Itu bukan pelanggaran HAM,
karena hanya pembinaan. Pelanggaran HAM itu tindak kekerasan,” kata Ketua Umum
Pengurus Daerah PII Kota Banda Aceh, Alimuddin Armia.
Selain itu, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia (KAMMI) Banda Aceh memberi komentar lebih. Sekjen Pengurus Daerah
KAMMI Banda Aceh, Darlis Aziz, menilai, konser punk terjadi karena kelalaian
Pemko dan pihak Polresta Banda Aceh. Hal serupa pernah terjadi saat waria
menggelar kontes di salah satu tempat di Banda Aceh, beberapa bulan lalu. “Ini
jelas-jelas penodaan terhadap syariat islam di Banda Aceh,” katanya.Ia dan
kawan-kawan KAMMI Banda Aceh mendesak Pemko dan Polresta Banda Aceh
mengevaluasi perizinan dan menertibkan anak-anak punk. Kehadiran mereka
jelas-jelas meresahkan warga Banda Aceh akhir-akhir ini,” sebut Darlis pada
media.”
Berkaca diri
Pro dan kontra adalah hal yang selalu
muncul dalam masyarakat kita dalam merespons segala fenomena dan peristiwa yang
terjadi di masyarakat. Hal ini adalah hal yang lumrah sebagai wujud bahwa
sesungguhnya kita memiliki sudut pandang (perspektif) yang berbeda dalam
melihat sesuatu. Perpektif itu akan berkembang sejalan dengan kemampuan baca
seseorang terhadap sebuah kasus. Ada yang melihat hanya dari satu sudut pandang
dan adapula dari dua dan berbagai sudut pandang.Semakin banyak dimensi yang
digunakankan dalam mebangun persepsi tersbut, maka semakin banyak pertimbangan
yang digunakan. Begitulah perspektif kita dalam melihat kasus anak punk di
negeri syariat ini.
Menelisik pro dan kontra yang ada terhadap
anak punk, kiranya menarik untuk kita telaah lebih dalam, bukan hanya menyorot
anak punk, tetapi seharusnya kita juga mencoba melihat diri kita, pikiran kita,
perilaku kita dan juga tindakan kita terhadap anak-anak punk yang sedang kita
hakimi bersama.
Nah, diakui atau tidak, kita sering melihat
hanya dari satu sudut pandang, karena keterbatasan daya baca kita dan
kadangkala menabrak tembok dengan sebuah kata buntu “ pokoknya” tidak boleh
atau sebaliknya. Bukan hanya itu, sikap kita dalam memberikan reaksi terhadap
sebuah kasus juga cendrung seperti lampu senter yang hanya bisa menyorot orang
lain dan tidak bisa menyorot pada diri sendiri. Sehingga, yang bisa diungkapkan
hanyalah kesalahan orang lain. Sementara kita sendiri seakan menajdi good boy
atau good girl, yang tidak pernah bersalah. Kita juga menganggap apa yang kita
lakukan adalah hal yang terbaik bagi mereka.Begitulah kita melihat anak punk
yang kini ada di tengah-tengah masyarakat kita yang kita akui sebagai
masyarakat yang beragama, masyarakat Islami, walau sebenarnya tidak semua orang
beragama dengan sungguh dan benar.Kita sering tidak sadar, kalau kita sendiri
sering mengabaikan kewajiban kita sebagai seorang yang beragama.Bahkan cendrung
munafik dan tidak konsisten antara kata dan perbuatan.
Maka, dalam melihat persoalan anak punkyang
kini sudah menggejala di dalam masyarakat kota Banda Aceh, selayaknya
kita ini, membidik ke hati kita masing-masing. Begitu pula dengan anak
punk itu sendiri. Selayaknya juga kita bertanya, apakah setelah anak-anak punk
dibina di sekolah polisi tersebut dengan memandikan, memotong rambut, menyuruh
mereka mengenakan baju koko dan shalat, sudah merubah hati mereka keluar dari
ideology punk?
Tampaknya, pembinaan yang sudah
dilakukan tersebut, tidak merubah mereka hingga pada level kesadaran untuk
tidak kembali kagi ke dunia punk. Walau mereka telah diceburkan di kolam
seperti membersihkan diri di sungai gangga, memotong rambut punk jadi
cepak, berbaju koko dan shalat. Ternyata tempat pembinaan yang dianggap
sangat tepat itu, belum mampu secara utuh bisa mengembalikan kesadaran mereka.
Sehingga tidak salah kalau ada yang berkata, badan berbaju koko, hati
tetap punk. Dengan demikian, percuma saja mereka dikenakan baju koko usai
pembinaan sedangkan hati mereka tetap punk. Karena usai mereka dibina, mereka
kembali lagi ke dunia, mereka, di jalan dan di tempat-tempat yang biasanya
mereka mangkal dan beraktivitas, walau tanpa asesori punk seperti sebelum
dibina. Mengapa demikian? Inilah yang harus kita telaah bersama. Mereka memilih
menjadi punk, sesungguhnya tidak terlepas dari kesalahan orang tua sendiri
dalam mendidik. Mereka hidup dalam dunia punk, bukan tidak ada sebab dan
musababnya, semua ada yang melatar belakanginya. Karena pada usia mereka
yang selalu labil labil itu tidak mendapat perhatian yang cukup. Sehingga,
ketika mereka menemukan punk adalah solusi yang tepat menurut mereka, kita pun
mulai kebakaran jenggot dan merespon dengan cara kita sendiri, tanpa mau
mendalami latar belakang mereka. Sesungguhnya, mereka menjadi punk, ya karena
kesalahan kita sendiri, bukan kesalahan budaya barat. Kita tidak sanggup
menyiapkan anak-anak kita mampu menyaring budaya yang masuk. Mari kita
berfikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar